SuaraRiau.co -PEKANBARU – Ketua Yayasan Sosial Panca Bhakti Abadi Pekanbaru, Toni Sasana Surya mengatakan bahwa hari ini, Kamis (4/4/2025) bersama ormas Tionghoa dan lembaga Agama Buddha di Pekanbaru melaksanakan sembahyang bersama dan ziarah ke makam yang tidak diketahui identitas dan ahli warisnya sebagai puncak perayaan puncak ceng beng (Qing Ming) atau ziarah kubur. Sembahyang dilaksanakan di Taman Pemakaman Tionghoa, Rumbai, Pekanbaru.
Ketika diwawancarai suarariau.co usai melakukan sembahyang puncak ceng beng,Toni Sasana Surya mengatakan,seluruh keluarga Tionghoa kembali ke pemakaman untuk mengenang keluarga orangtua yang telah pergi mendahului mereka. Tahun ini dimulai pada 25 Maret lalu hingga berakhir 14 April. “Jadi sudah dilakukan sepuluh hari sebelumnya dan sesudahnya Warga Tionghoa sudah ziarah kubur 10 hari sebelum tanggal 4 April dan 10 hari setelahnya.,” ujarnya.
Sehubungan dengan perayaan ini, adapaun rangkaian acaranya, Yayasan Panca Bhakti Abadi panitia sudah melakukan Bhakti Sosial (Baksos) di lingkungan pemakaman Umban Sari, di rumah duka YSPBA dan juga kepada keluarga yang terkena banjir.
Toni tidak menampik bahwa perayaan ini bersamaan dengan waktu libur Idul Fitri dimana, perantau Tionghoa juga mudik untuk perayaan ziarah kubur tersebut, membuat suasana perayaan ceng beng juga jadi terbagi.”Ada baiknya juga sih,Karena liburan panjang, warga yang merayakan ceng beng terbagi,”ujarnya.
Toni yang juga dipanggil Romo ini, menjelaskan bahwa beberapa menit sebelumnya ia bersama tim dan ormas dan tokoh masyarakat serta perwakilan dari organisasi keagamaan telah menyelesaikan sembahyang ceng beng dimana ada persembahan buah-buahan, telur, daging, ikan dan kue dalam sembahyang bersama. " Persembahan ini sebagai tanda kasih saying dan bhakti kita kepada orangtua atau leluhur,” ujarnya.
Sedangkan kuburan yang sudah di kungjungi akan diberikan bendera kertas dengan tiang lidi. Kertas lidi tersebut berwarna warni.
Sedangkan diakhir acara sembahyang bersama, ada pembakaran kertas sebagai tradisi bagian dari ritual persembahyangan ceng beng. Kertas sembahyang yang dibakar tersebut jumlahnya cuku banyak, ada sekitar di tiga lubang kolam tabung seperti drum yang terbuat dari semen sebagai persembahan tanda bhakti kepada leluhur.
Karena masih ada waktu 10 hari, Toni megharapkan warga Tionghoa yang belum ziarah untuk melakukan ziarah dan memberishkan makam leluhur mereka dengan baik. Ia berharap bahwa hal ini mempererat persaudaraan atau keluarga dan rasa bhakti kepada leluhur mereka. “Rasa bhakti dan tali kasih perlu dikenang. Rasa bhakti dan tali kasih ini merupakan bagian dari kehidupan keluarga yang rukun,” jelasnya.
“Diharapkan dengan doa dan harapan masyarakat kita yang merayakan dan yang belum bisa melaksanakan ceng beng diberkati dengan kesehatan dan kerukunan dengan keluarga. Sedangkan doa untuk negera yakni negara nmaju dan damai,” ujar Toni.
Dari catatan yang sudah disampaikan sebelumnya, saat ini, di Pemakaman Tionghoa Umban Sari terdapat sekitar 4.000 makam dan 1000 tempat abu jenazah, termasuk puluhan makam tanpa identitas dan tidak diketahui ahli warisnya.