Eco

Fenomena El Nino Ancam Gletser Tropis Langka di Papua

  Laporan : Suara Riau
   : info@suarariau.co
  2023-08-26 06:13:44 WIB
Gletser ini, yang berada di puncak tertinggi di Papua, Indonesia, berada di atas es yang sangat tipis. (FOTO: TIM JARVIS/25ZERO.COM via www.tbsnews.net)

SuaraRiau.co -JAKARTA – Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam keterangan tertulis, Rabu (23/8/2023), menjelaskan Fenomena El Nino tahun 2023 ini berpotensi mempercepat kepunahan tutupan es Puncak Jaya. Realitas ini memiliki dampak besar bagi berbagai aspek kehidupan di wilayah tersebut.

Momok serius telah terjadi di wilayah Asia Tenggara, yakni dikarenakan tahun ini dipicu oleh pola cuaca El Nino pada tahun ini. Di Indonesia, fenomena ini bahkan bisa membuat salju abadi yang ada di Pegunungan Jayawijaya mencair.

BMKG menjelaskan 'salju abadi' Puncak Jaya terus mengalami pencairan akibat dampak perubahan iklim, terutama pada 2015-2016, saat El Nino kuat melanda Indonesia, yang memicu suhu permukaan jadi lebih hangat. Akibatnya, gletser di Puncak Jaya mencair hingga 5 meter per tahun.

"Fenomena El Nino tahun 2023 ini berpotensi mempercepat kepunahan tutupan es Puncak Jaya. Realitas ini memiliki dampak besar bagi berbagai aspek kehidupan di wilayah tersebut," kata Dwikorita Karnawati.

Fenomena ini menjadi sorotan sejumlah media asing. Misalnya, thejapantimes menulisnya dengan judul El Nino could doom Indonesia's rare tropical glaciers by 2026, kemudian Reutersdalam tulisan berjudul El Nino could doom Indonesia's rare tropical glaciers by 2026. Kemudian euro.dayfr.com, www.tbsnews.net, 6do.world dan media asing lainnya.

Mengutip pakar klimatologi BMKG yang juga memimpin Studi Dampak Perubahan Iklim pada Gletser di Puncak Jaya Donaldi Sukma Permana, gletser di Indonesia terancam hilang dengan sangat cepat.

"Gletser mungkin akan hilang sebelum tahun 2026, atau bahkan lebih cepat, dan El Nino dapat mempercepat proses pencairannya," kata Donaldi, merujuk pada apa yang disebut sebagai 'Gletser Keabadian'.

Gletser, yang menurutnya merupakan salah satu dari sedikit gletser yang tersisa di daerah tropis, adalah Piramida Carstensz setinggi 4.884 m (16.000 kaki) dan East Northwall Firn, yang tingginya 4.700 m (15.420 kaki), di pegunungan Jayawijaya di wilayah paling timur Papua.

Gletser telah menipis secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir, kata Donaldi, menjadi 8 meter (26 kaki) pada tahun 2021 dari 32 m (105 kaki) pada tahun 2010, sementara luas totalnya turun menjadi 0,23 kilometer persegi pada tahun 2022, dari 2,4 kilometer persegi. di 2000.

Namun tidak ada yang bisa dilakukan untuk mencegah penyusutan ini, katanya, seraya menambahkan bahwa peristiwa tersebut dapat mengganggu ekosistem regional dan memicu kenaikan permukaan laut global dalam satu dekade.

"Kami sekarang dapat mendokumentasikan kepunahan gletser," tambah Donaldi. "Setidaknya kita bisa memberi tahu generasi mendatang bahwa kita dulu punya gletser,” ujarnya.

Paling Parah

Indonesia, yang merupakan rumah bagi sepertiga wilayah dunia yang ditutupi oleh hutan hujan, memperkirakan musim kemarau akan berlangsung hingga bulan Oktober karena El Nino meningkatkan risiko kebakaran hutan dan mengancam pasokan air bersih.

Meskipun badan tersebut telah memperingatkan bahwa fenomena cuaca Pasifik dapat membuat musim kemarau tahun ini menjadi yang paling parah sejak tahun 2019.

Selain di Papua, gletser tropis dapat ditemukan di Andes Amerika Selatan dan pegunungan Kilimanjaro, Gunung Kenya, dan Rwenzory di Afrika.

Indonesia adalah eksportir batu bara terbesar di dunia, dan bertujuan untuk mencapai emisi nol bersih pada tahun 2060. Lebih dari separuh pasokan energi negara ini berasal dari pembangkit listrik tenaga batu bara.

Tahun lalu Indonesia telah menetapkan tenggat waktu yang ambisius pada tahun 2030 untuk mengurangi emisi sebesar 31,89% dengan upaya sendiri, atau sebesar 43,2% dengan dukungan internasional.***

Halaman :
Penulis : Suara Riau
Editor : Imelda Vinolia
Kategori : Eco