SuaraRiau.co -PEKANBARU-Istilah akta kelahiran menjadi acuan sebagai catatan yang resmi menetapkan hal-hal mengenai kelahiran seorang anak yang dapat dipertanggungjawabkan keasliannya. Biasanya, sebuah akta lahir terdiri atas pencantuman beberapa data maklumat yang menerangkan kelahiran seorang anak.
Namun ternyata memiliki akte tidak saja karena memastikan indentitas bayi yang baru lahir. Faktanya, dalam operasi pemboran migas yang merupakan proses kelanjutan dari eksploitasi menginformasikan ada atau tidak kandungan migas di dalam perut bumi, diperlukan pencatatan penelitian batuan bumi. Hasilnya, batuan tersebut memiliki “akta kelahiran”, sebuah data pencatatan keterangan dari hasil penelitian batuan tersebut. Hal ini menjadi catatan resmi mengenai asal-usul batuan,kandungan unsur di dalamnya, berapa umur batuan tersebut, dimana ditemukan dan sebagainya.
Geologist PT PHR memberikan penjelasan kepada peserta Field Trip PHR Goes to Campus di ruangan penelitina lab geolgi pada, Kamis (8/9/2022).
Untuk itu, sebelum dilakukan pemboran, perlu dilakukan perencanaan dan persiapan penelitian pada lokasi. Hal ini untuk memastikan apakah isi perut bumi tersebut, ada kandungan migas atau tidak. Dalam hal ini tentunya dilakukan para geologist dengan mengambil sampel batuan di areal tanah yang diperkirakan ada sumber minyaknya. Kemudian sampel batuan area tersebut, dilakukan penelitian sebelum pengeboran.
Hal ini dijelaskan Akademisi dan Dekan Fakultas Teknik Universitas Islam Riau, Dr Eng Muslim, ST MT, pada Jumat (25/10/2022), Dikatakannya, ada berbagai persiapan dalam melakukan pemboran. Yakni penelitian batuan di nnnareal penggalian sumur minyak. Hal ini dilakukan untuk memastikan adanya kandungan minyak dan mencegah kesulitan-kesulitan yang dihadapi saat dilakukannya pengeboran.
Pengeboran harus melakukan perhitungan yang disebut perhitungan lag time. Perhitungan ini dilakukan mud engineering (rekayasa lumpur,red) untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan cutting (pemotongan, red) mencapai permukaan. Cutting diangkat ke permukaan oleh lumpur pemboran. Lumpur pemboran terus bersirkulasi di dalam pipa selama pemboran berlangsung
Dalam hal ini data-data yang dibutuhkan,yakni, data volume casing, volume collar, volume pipa, volume annulus, dan besaran pump capacity (kapasitas pompa). Data-data tersebut diolah dan kemudian menghasilkan lag time (jeda waktu) dari cutting.
Lalu dimana dilakukan penelitian batu-batuan tersebut?
Sebuah industri pertambangan memiliki divisi sendiri dalam melakukan tugas untuk meneliti batu-batuan dalam rangka mencari sumur minyak. Tentu hal itu dilakukan layaknya di sebuah ruangan laboratorium. Hasilnya, akan disimpan menjadi “akta kelahiran batuan” (arsip catatan mengenai keterangan asal-usul batuan,red) dari jenis batuan yang diteliti.
Ketika suarariau.co pada Kamis (8/9/2022), ikut menemani peserta Program Field Trip “PHR Goes to Campus,” untuk pertama kalinya juga mendapat kesempatan mengenal salah satu aset WK Rokan.Yakni, ke tempat penelitian dan penyimpanan arsip “akta kelahiran batuan” yang ada di Laboratoium Geology PT Pertamina Hulu Rokan (PT PHR).
Sebagai visitor, memasuki Wilayah Kerja Rokan (WK Rokan), tetap harus menjalankan pedoman keselamatan. Untuk itu, seluruh peserta diberikan baju alat pelindung diri (APD). APD tersebut, disertai perlengkapan lainnya seperti, helmet (topi proyek) dan sepatu bot yang beratnya ±2 kg. Khusus bagi pekerja di lapangan, diberikan kaca mata pelindung dan sarung tangan.
Pelabelan batuan di lab geologi PT PHR, (FOTO/SRc/Imelda V)
“Pelengkapan ini sebagai bagian bahwa perusahaan ini sudah menjalankan proses keselamatan kerja bagi seluruh karyawan dan mitra kerjanya. Termasuk pada tour visitor ini “ ujar Senior Analyst Media & Communication PT PHR, Okta Fandi, yang ikut menemani dan mengawasi jalannya tour tersebut.
“Ayo kita mengunjungi tempat “akte kelahiran batuan” (catatan arsip asal-usul batuan,red),” ujar Senior Analyst Media & Communication PT PHR Yulia Rintawati, yang juga ikut memandu perjalanan mengenal lokasi WK Rokan.
Sekilas ucapannya membuat mimik wajah para peserta yang ikut field trip tersebut, tampak penuh tanda tanya dengan maksud kata-kata mengunjungi tempat “akta kelahiran batuan”.
Selama ini, meski jurnalis dan tinggal di wilayah industri minyak sekalipun, masih banyak yang belum mengetahui bahwa industri pertambangan migas di Wilayah Kerja (WK) Rokan, memiliki “ruangan perpustakaan akta kelahiran batu-batuan” atau ruangan tempat penyimpanan sampel dan catatan arsip penelitian asal-usul batu-batuan tersebut.
Ribuan “akta-akta” yang tersimpan di ruangan arsip tersebut merupakan hasil sampel penelitian mencari sumur minyak. Hal ini telah dilakukan sejak awal WK Rokan dioperasikan peeusahaan eks PT Chevron Pacific Indonesia (PT CPI), sebelum dialih kelola secara resmi pada 9 Agustus 2021 oleh PT PHR.
Catatan hasil penelitian menjadi arsip batuan yang disimpan, disusun rapi, dirawat serta dikelola oleh divisi geologi PT PHR ini.
Lokasinya tidak jauh dari gerbang masuk kantor utama perusahaan ini. Yakni, terletak pada posisi sebelah kanan gerbang PT PHR, dari arah Jalan Sembilang, Rumbai, Pekanbaru.
Gedung yang juga kerap kali disebut lab geologi itu, tampak seperti gudang penyimpanan logistik berwarna krem keabu-abuan. Melihat fisik bangunan demikian, sekilas pikiran kita mengira gedung tersebut, hanya sebuah gudang. logistik.
Namun berbeda dengan aktivitas sebuah gudang. Jika kita masuk kedallam lab geologi ini tampak sejumlah para geologist yang sedang fokus meneliti bebatuan. Sedangkan peserta disambut dan menerima penjelasan dari Tim Teologis PT PHR Mohhammad Irfan dan Rendra Olyyuza.
Dijelaskan Irfan, ruangan ini terdiri dari tempat penelitian. Banyak wadah log berisikan jenis batu yang sedang diteliti dan yang sudah diproses. Selain itu, ada banyak mikroskop, komputer dan beberapa zat-zat kimia yang mendukung penelitian. Beberapa ruangan yang dibangun sebadan dengan tempat penelitian, merupakan ruangan manajemen yang digunakan tim divisi geologi.
Selanjutnya, jika di sebelah kanan arah pintu masuk laboratoium geologi tersebut, adalah lokasi ruangan penelitian dan manajemen, maka di sayap kiri gedung dari arah pintu masuk, dapat dilihat ribuan arsip "akta batuan" yang disusun pada rak tinggi, rapi dan dilabel dengan cermat dan jelas.
Ruangan yang di dalamnya didominasi hitam dan abu-abu ini, tampak bejejer rak raksasa (dari besi,red)), yang tingginya mencapai lebih dari 4 meter. Pada rak raksasa tersebut, terdapat barisan arsip batuam secara teratur saling berhadapan sebagaimana susunan perpustakaan buku.
Untuk itu, laboratorium geologi ini, dikemal juga sebagai ruangan "akta kelahiran batu-batuan". Selain itu, juga disebut dengan ruangan arsip batu-batuan .
Dari kunjungan lab ini, peserta mendapat wawasan unik dan mengesankan. Sebab, di sini peserta diterangkan jenis batuan yang menghasilkan minyak bumi. Selanjutnya juga dijelaskan bagaimana penelitian batu-batuan dilakukan. Dan yang paling menarik ternyata penelitian batu-batuan ini diarsipkan dalam bentuk yang sama dengan penyusunan buku.
Peserta menjadi lebih tahu betapa pentingnya koleksi dokumen dan sampel batu-batuan itu, untuk mendukung penelitian selanjutnya. Arsip batuan itu sebahagian besar berasal dari perut Bumi Lancang Kuning dan juga batuan dari beberapa wilahah di Sumatera .
Tugas Menyingkap "Misteri" di Dalam Perut Bumi
Koleksi arsip batuan di lab geologi tersebut, menurut Ketua Tim Rumbai Geology Club PT PHR, Irfan Harris melalui perwakilannya Satia Graha pada Selasa (25/10/2022) kepada suarariau.co mengatakan, semuanya itu merupakan hasil tugas para ahli geologii saat melakukan penelitian, untuk menyingkap "mister"i di dalamm perut Bumi.
Hal ini untuk mengungkapkan misteri yang masih menyelimuti proses-proses yang berhubungan dengan bahan-bahan yang membentuk bumi, gerakan-gerakan dan perubahan yang terjadi sepert,i gempa-bumi dan meletusnya gunung api. Maka lab geologi merupakan salah satu tempat penelitian mengenai unsur bumi tersebut.
Namun di samping itu, kata Satia lagi, penelitian juga mencari dan mencoba menemukan bahan-bahan yang dibutuhkan yang diambil dari dalam bumi sepert,i bahan tambang migas dan tambang lainnya.
Sementara ujar Satia, tujuan didirikannya laboratorium geologi (kerap disebut lab geologi,red),, dijadikan sebagai tempat penyimpanan arsip batuan hasil penelitian mencari sumur minyak di Blok WK Rokan.
Batuan ini, selanjutnya akan diteliti dan dianalisa. Terutama analisa kekayaan mineral, karakteristiknya (porosity atau pori porinya, permeabilitasnya atau daya lolos fluida), serta sifat fisik lainnya seperti, umur batuan serta jenisnya dalam petroleum system.
Selajutnya, ujar Satia menjelaskan proses penelitian pada studi geologi, jika lokasi tersebut ditemukan singkapan, maka adilakukan pemetaan geologi terlebih dahulu secara detail. Tujuannya, untuk memetakan sebaran batuan dan mengetahui formasi batuan, umur batuan, kandungan mineral, fosil, geokimia, stratigrafi dan sedimentologi serta struktur geologi. Kemudian menggambarkan kondisi bawah permukaan dan lebih efektif dalam eksplorasi. Selanjutnya yang mendukung kelengkapan dan akurasi data fisik geologi dan geoscience.
Kemudian dilakukan studi geofisika untuk mengetahui karakteristik fisik dan kedalaman batuan. Hasilnya, peneliti akan mendapat gambaran lapisan batuan yang ada di dalam bumi setelah melakukan survei seismik yang menghasilkan keadaan di permukaan bumi melalui hasil gambar 2D dan 3D.
Penjelasan yang sama diberikan oleh Pjs Tim Manager Heavy Oil Work Over &Work Service PT PHR di Duri Wulan Sary. Wulan yang selalu turun ke lokasi rig.menjelaskan, penelitian batuan areal eksplorasi diperlukan untuk mengetahui kondisi apakah rea tersebut mengandung minyak atau tidak.
Setelah alat pembangkit gelombang suara atau getaran dipasang, maka akan ditembakkan ke dalam tanah. Gelombang suara tersebut akan dipantulkan kembali sesuai dengan lapisan tanah yang dilaluinya. Di atas permukaan, dipasang alat yang bisa menangkap gelombang suara yang memantul. Lalu, kondisi di bawah permukaan bumi direkonstruksi menjadi gambar dua dimensi atau tiga dimensi di komputer. Dari hasil seismik tersebut, data jenis dan lapisan batuan akan diolah untuk mengetahui keberadaan minyak dan gas bumi di dalamnya.
Selanjutnya, barulah dilakukan pengeboran untuk memastikan ada atau tidaknya kandungan minyak bumi pada area yang diteliti tersebut.
Sedangkan Dr Muslim mengatakan, hasil penelitian meski sudah dikaji, belum tentu menemukan adanya cadangan migasi. Keadaan seperti ini disebut sebagai resiko dry hole alias zonk.
Sedangkan jika cadangan migas ditemukan, maka dilakukan tahapan eksplorasi lanjutan. Tahap ini diawali dengan membuat sumur-sumur di beberapa tempat di sekitar lokasi pengeboran eksplorasi. Hal ini untuk memastikan apakah minyak dan gas bumi yang ada, bisa menguntungkan ketika dilakukan pengembangan lebih lanjut. Apabila menguntungkan memproduksinya, maka dibuatlah alat pengeboran yang dikenal secara luas yang disebut rig.
Rig digunakan untuk menarik dan menurunkan pipa pengeboran ke dalam sumur. Selanjutnya melalui pipa akan mengalirkan fluida hidrokarbon ke permukaan. Pada awal produksi biasanya tekanan dari dalam bumi masih cukup besar, sehingga minyak dan gas bumi dapat mengalir ke permukaan dengan sendirinya. Dan dialirkan melalui tangki pengumpul.
Proses di Lab Geologi
Adapun proses awal penelitian sebelum pengeboran, ujar Satia lagi, proses kerja tim geologi melakukan penelitian di lab. Dimana sampel atau data geologi yang baru datang dari lapangan, pertama akan diterima oleh tim yang ada di laboratorium. Kemudian akan di check terutama jenis sampelnya. Dilanjutkan dengan melengkapinya dengan label dan bagaimana pencatatan kondisi sampel. Setelah itu, pihaknya akan membersihkannya, untuk selanjutnya diberikan barcode. Kemudian setelah itu, di-input ke dalam menu excel biasa. Sampelnya akan dibawa ke storage, yakni di core storage (tempat penyimpanan inti,red).
Kemudian databasenya akan di export ke dalam aplikasi E-Search. Data yang dimasukkan tersebut, otomatis akan terpantau kedalam sistem Dashboard Microsoft Power BI. yang dapat dipantau dengan teknologi yang memiliki multi layar yang terintegrasi. Teknologi ini dinamakan teknologi inovasi Digital Innovation Center (DICE), yang dimiliki PT PHR..
Sedangkan data yang diinput dari lapangan, saat ini jelas Satia, di input oleh mitra kerja PT PHR, yakni PT Sigma Cipta Utama. Data akan dimonitor langsung oleh Geologist PT PHR yang bertanggungjawab di laboratorium.
Sementara untuk proses yang dilakukan dalam menyiapkan pelabelan, harus menentukan tipe sampelnya. Kemudian untuk label, terutama pada pelabelan nama sumur serta kedalaman, merupakan hal yang sangat vital. Sebab, setelah semua terlewati dan aman, ujar Satia melanjutkan, baru bisa melakukan proses barcode. Setelah itu, dimasukan ke dalam box. Kemudian, akan di record sebagai database. Akhirnya, hasil batu yang diteliti, dapat disimpan di sample storage
Memiliki Koleksi Lebih Dari 11.200 “Akte Batuan”
Sebagai perusahaan minyak mentah pemasok nomor dua terbesar di Indonesia, besarnya WK Rokan dari dahulu hingga kini, telah menpersiapkan perlunya sistem yang profesional untuk penelitian dan pengarsipan dokumen-dokumen batuan tersebut.
Untuk itu, manajemen membentuk laboratorium tersebut, sejak perusahaan sebelumnya (eks PT Chevron Pacific Indonesaia/PT CPI,red) yang telah memulai memproduksi arsip sumur minyak di wilayah Sumatera ini.
Dikatakan Satia lagi, tercatat ada lebih dari 16.000 titik sumur di Sumatera. Setiap sumur memiliki tipe sampel batuan yang berbeda. Ada core sample (sample inti), sidewall core (inti dinding), cutting sample (sampel pemotongan). “Bahkan kita juga menyimpan puluhan ribu data olahan berupa data sayatan tipis batuan, yang disebut microfossil slide?:jelasnya.
Sementara jumlah arsip yang sudah disimpan di laboratoirum yang di ada di lab geologi Rumbai ini, ada lebih dari 11.200 log sampel, yang sudah dilabel.
Sedangkan kalau berbicara jenis batuan di lab tersebut, Satia menjelaskan dengan mengatakan bahwa secara garis besarnya ada 3 jenis batuan,yakni batuan beku, batuan sedimen serta batuan metamorf. Tambahan lainnya yakni batuan metasediment. Untuk di Lab Geologi WK Rokan sendiri, yang terbanyak sudah pasti batuan sedimen. Mulai dari batu lempung, batu lanau, batu pasir, sampai batu konglomerat, serta sebagian kecil batuan metasediment dan batuan beku.
Sedangkan secara tipe sampel, lab tersebut menyimpan core sample, sidewall core, cutting, sayatan tips batuan, dan slide fosil.
Secara kuantitatif, yang terbanyak penyimpan yang ada di lab ini tipe atau jenis sidewall core. Tetapi secara volume, sample cutting-lah yang terbanyak.
Begitu besar dan banyaknya eksploitasi minyak di WK ini, membutuhkan pengarsipan yang tidak hanya berada di Rumbai saja, tetapi juga ada di Minas.. Untuk asal asal lokasi batu-batuan tersebut, relatif merata..Tetapi sampel batuan dari Lapangan Minas dan Duri lebih mendominasi.”Arsip sampelnya lumayan banyak,” ujar pria yang kerap memberikan materi asal-usul minyak bumi kepada para pelajar dan mahasiswa ini.
Agar Produksi Minyak Tetap Jalan
Melihat arsip yang tersusun rapi di dalam sebuah ruangan yang sederhana tersebut tidaklah gampang untuk mengelolanya. Dibutuhkan ketekunan meneliti untuk bisa menghasilkan arsip yang sudah dilabel tersebut,
Selain itu, seorang geologist juga harus mampu menjaga, merawat dan memelihara arsip batu-batuan itu agar tetap lestari dan tidak rusak.
Sebab, arsip dalam laboratorium ini kerap kali digunakan bagi para peneliti atau ahli geologi dalam mencari minyak di wilayah yang sudah ada sumur minyaknya, maupun dalam mencari sumber sumur minyak baru. Hal ini dikatakan Gelogist PT PHR di Minas Agus Susanto. Ketika di tanyai suarariau.co pada Selasa (25/10.2022).
Untuk itu, seorang yang berkerja di laboratorium geologi juga butuh keahlian sistem pengarsipan bak perpustakaan yang bisa dikunjungi, dibuka, dibaca dan dipelajari kembali oleh geologist untuk kebutuhan selanjutnya. Atau bahkan para mahasiswa ilmu geologi, bisa menggunakan arsip seperti yang dimiliki WK Rokan ini.
Begitu besar dan banyaknya arsip batuan tersebut, sungguh mengesankan bagi orang yang baru pertama kali melihatnya. Arsip yang sudah berpuluh-puluh tahun lamanya dan merupakan sistem arsip yang langka tersebut, ternyata maintenance-nya dilakukan cukup simpel dan sederhana.
Menurut Satia Graha, bahwa melakukan maintanance arsip tersebut, tidak memerlukan teknologi khusus. Namun perawatannya yang sederhana, mampu menjaga sampel-sampel batuan tersebut tetap utuh dan tidak habis dimakan waktu.
Intinya, pihaknya sangat perduli dengan dokumen batuan tersebut. Dengan cara, Tim Laboratorium Geology WK Rokan selalu menjaga dan mengelola dengan sebaik-baiknya.
Melakukan tugas rutin dalam merawat arsip batu-batuan tersebut, tugas divisi ini telah menjamin kepastian produksi minyak agar tetap berjalan.
Sistem arsip ini sangat berguna, agar nanti saat diperlukan oleh para earth scientist ataupun geologist, data dan sampel ini available (tersedia,red). Siap digunakan atau dianalisa sesuai keperluan untuk mendukung proyek tertentu. “ Jadi tidak ada teknologi yang khusus untuk merawat arsip tersebut,” ujar Satia.
Adapun hal yang umum dilakukan pihaknya untuk merawat arsip itu ujar Satia, misalnya dengan melakukan resin core sample. Tujuannya, agar sampel tidak rusak, sehingga data-data yang ada di dalam batuan tetap tersimpan dengan baik. “Jadi core sample yang ada kita resin agar tidak cepat rusak, sehingga data-data yang ada di dalam batuan tetap terpreserve (terjaga kelestariannya,red) dengan baik,”terangnya.
Sistem kerja pengarsipan yang terekam,disimpan dengan baik dan telaten serta terawat sedemikian rupa tersebut, kenyataannya telah membuktikan, selama ini WK Rokan telah menjadi perusahaan nomor dua terbesar memproduksi minyak mentah nasional setelah Blok Cepu.
Sistem kinerja arsip yang demikian ini, membawa dan mendukung terjaganya keberlangsungan ketersediaan energi nasional.
Dianggap Hanya Sebagai “Penjaga Batu”
Seorang geologist menjadi ujung tombak penelitian, pengarsipan dokumen batuan di lokasi migas. Pekerjaan seperti ini merupakan profesi yang mapan, langka serta professional. Sebab, hanya sedikit tenaga ahli seperti mereka.
Meski demikian, kenyataannya masih banyak juga tanggapan buruk terhadap mereka. Hal ini dikatakan Satia Graha ketika ditanyai suarariau.co soal suka dan dukanya menjadi seorang geologist yang bekerja di lab geologi.
Sebab ujar Satia, masih banyak yang tidak mengerti arti batu-batuan ini. Kerap kali dianggap remeh. Terkadang ada yang menganggap bahwa apa yang dilakukan di lab batuan, sesuatu yang useless (tidak bermanfaat, red). “Orang berpikir mungkin hanya sebagai “penjaga batu-batu “saja,” ungkapnya.
Selain itu, kendala lainnya yang dihadapi selama ini, yakni komunikasi. Sebab banyak juga orang yang bekerja di perusahaan minyak, tapi tidak tahu darimana minyak berasal. Oleh karena itu masih ada mis komunikasi mengenai asal-usul minyak bumi.“Kalau balik ke istilah asing, minyak bumi=petroleum. Berasal dari kata “petro” yang artinya batu, dan “oleum” yang berarti cairan atau fluida. Jadi minyak bumi bumi atau petroleum artinya cairan yang berasal dari batu.,” paparnya menjelaskan.
Melihat pengalaman yang demikian, pihaknya mengatasi setidaknya dengan berbagi pengetahuan mengenai asal-usul minyak bumi pada meeting atau pertemuan tertentu.”Dan kunjungan Field Trip PHR Goes to Campus September lalu, merupakan salah satu cara pihaknya menepis ketidaktahuan masyarakat akan asal-usul minyak bumi,” ujarnya.
Foto bersama Geologist PT PHR Irfan Harris dan Bambang Sri Kuncoro ( keduanya memakai seragam kerja PHR) dan Senior Analyst Media & Communication Okta Fandi, dengan mahasiswa Umri usai memberikan materi asal - usul.minyak bumi yang merupakan iven Program "PHR Goes to Campus:, pada Kamis (14/7/2022).( Foto/SRc/ Imelda V).
Namun perasaan senang sebagai geologist akan merasuki hatinya, ketika apa yang di support rekan-rekan yang melakukan analisa di laboratorium tersebut, membuahkan hasil bagi perusahaan dan Negara.”Jika penelitian berhasil, maka jiwa pun senang,” imbuhnya dengan mimik muka tersenyum.****