SuaraRiau.co -PEKANBARU -Sebanyak 10 finalis Lomba Karya Tulis “PHR Goes to Campus” diajak fiel trip ke area wilayah operasional perusahaan PT Pertamina Hulu Rokan (PT PHR) pada Kamis (8/9/2022) yang lalu.
Kunjungan ini merupakan bagian reward yang diperoleh oleh 10 finalis setelah menjalani masing-masingnya dua hari Pelatihan Penulisan Kreatif Media Digital saat PHR Goes To Campus mengunjungi 7 kampus di Riau. Iven ini dilaksanakan bekerjasama dengan Forum Wartawan Migas Riau. (Forwamig Riau).
Foto bersama di depan monumen sumur tua minyak pertama di Minas. (FOTO/SRc)
Betapa gembiranya para mahasiswa meninjau dan diperkenalkan langsung melihat area operasi PT PHR lebih dekat, khususnya yang berlokasi di Rumbai dan Minas, Riau.
PT PHR salah satu objek vital nasional (Obvitnas) terbesar yang bergerak pada sektor industri minyak dan gas bumi di Indonesia.
Dengan wilayah kerja/operasional bernama Blok WK Rokan ini, kini telah berjalan satu tahun hampir dua bulan pada Oktober tahun ini. WK Rokan dialih kelola secara resmi oleh PT PHR sejak tanggal 9 Agustus 2021, setelah 97 tahun dikelola PT Chevron Pacific Indonesia (CPI).
Rombongan berangkat pukul 07.30 WIB dari titik kumpul yang berlokasi di Graha Pena Riau Jalan Soebrantas. Sekitar 30 menit jarak tempuh perjalanan, rombongan tiba di Rumbai Country Club (RCC) PT PHR. Dimana lokasi ini para peserta disambut hangat oleh dua. Senior Analyst Media & Communication PHR Okta Fandi dan Yulia Rintawati. Selain itu, semua peserta bersama Forwamig sesuai prosedur tetap (protap) visitor juga wajib memakai pakaian corp visitor PT PHR yakni alat pelindung diri (APD), memakai helmet dan juga sepatu proyek yang beratnya bisa mencapai 2 kg lebih.
Ada Lebih dari 11.000 Akte Sumur Minyak
Untuk pertama kalinya berkunjung ke lokasi PT PHR, tampak wajah peserta terkagum-kagum ketika dapat melihat Laboratorium Geologi PT PHR sebagai lokasi pertama yang dikunjungi usai menggunakan APD.
Di laboratorium tersebut, peserta mendapatkan penjelasan dari dua ahli Geologist PT PHR, Irfan Saputra dan Hendra. Sebelum menjelaskan apa saja fungsi dari Lab Geologi, mereka tidak lupa mengingatkan Safety Rules dan jalur evakuasi ketika memasuki lab yang letaknya tidak jauh dari gerbang masuk utama dari arah Jalan Sembilang.
"Lab geologi membantu kami selaku Scientists atau Geologist PT PHR untuk melakukan interpretasi terhadap lingkungan apa dahulunya, dimana batuan hasil eksplorasi ini mengendap," tutur Irfan.
Dijelaksan Irfan, di dalam lab geologi tersebut, terdapat sekitar 11.000 lebih akte koleksi batuan hasil eksplorasi yang telah diuji atau disebut juga dengan core.
Batuan-batuan tersebut, lanjutnya menjelaskan, diperoleh dari pengeboran dengan kedalaman yang berbeda. Ada banyak bentuk batuan yang terdapat di sini, seperti bentuk daun, cangkang kerang dan bahkan tulang hewan. Selain berada di ruang penelitian lab geologi, peserta juga diperkenalkan dengan perpustakaan batu yang sudah berlabel sebagai mana pustaka buku. Batuan tersebut tersusun di atas rak-rak abu-abu yang tinggi bisa 4 meter, sesuai nama lokasi geografi asal batuan tersebut dengan suhu yang sudah ditentukan. Hal ini agar sejarah batu tersebut tetap terjaga dan terpilihara.
Perpustakaan laboratorium ini, selain sebagai arsip, juga juga tempat tim penelitian membutuhkan batu tersebut sewaktu-waktu untuk dianalisa kembali soal lokasi sumur pengeboran dan kebutuhan lainnya dalam mengetahui jenis batuan di sumur operasi yang sedang ditangani untuk dieksplorasi.
Setelah selesai dari lab geologi, peserta bertolak menuju salah satu fasilitas pusat kendali operasional yang dapat memantau operasi di WK Rokan secara real time. Fasilitas ini bernama Digital & Inovation Center (DICE).
Fimalis saat menerima sejarah sumur tua MInas oleh Endang Nasution ( kiri: berkacama mata sun glasess). (FOTO SRc)
DICE merupakan gedung dengan ruangan yang dapat memantau berbagai aktivitas PT PHR mulai dari areal penyediaan lahan, membesihkan lahan, pengeboran, lifting minyak yang di hasil per real time, memantau pipa minyak, berjalannya distribusi minyak dari masing-masing sumur minyak sampai ke penampungan akhir tanki di Dumai dan juga pengapalan minyak mentah untuk dibawa ke luar atau diolah menjadi barang jadi seperti bensin, aftur dan lainnya.
DICE merupakan terobosan dari PHR yang sangat efektif dalam mendukung kinerja WK Rokan yang begitu kompleks.
Fasilitas ini merupakan gabungan hasil pengintegrasian dari dua fasilitas digital PHR, yakni War Room dan Integrated Optimazion Decision Support Center (IODSC).
Sebelum menuju war room, rombongan mendapat sambutan dan informasi DICE serta jamuan sarapan dari Vice Presiden Corpoorate Affair PT Pertamina Hulu Rokan, Sukamto Thamrin.
“Dengan menggunakan teknologi seperti ini, kita bisa melihat keseluruhan operasi di WK Rokan secara langsung. Setiap hari, Minyaik yang diproduksi dari WK Rokan 100% dikirim ke semua kilang yang ada di Indonesia,”ujar Sukamto saat memberikan penjelasan mengenai DICE..
Sukamto memaparkan, produksi minyak dari WK Rokan menghasilkan 162.000 Barrel of Oil Per Day (BOPD), atau menyumbang sekitar 30% produksi minyak di Indonesia. Sementara, total produksi minyak keseluruhan di Indonesia 616.000 BOPD dari total konsumsi yang mencapai 1.500.000 BOPD. Sisanya, dibeli dari luar.
Melihat masih lebih separuhnya kekurangan akan kebutuhan minyak bagi masyarakat Indonesia, ia berpesan bahwa masyarakat harus bias menghemat energi dan juga mencoba beralih ke energi yang terbarukan.
Ternyata Sebelum Amerika Minyak Ditemukan Oleh Jepang
Sekitar pukul 11.00 WIB, rombongan bergerak menuju Gathering Hall (GH) Elang yang berada di Minas untuk makan siang dan shalat. Dengan jarak tempuh sekitar 20 menit, peserta sampai di Minas.
Usai makan dan shalat, peserta menuju monumen pompa angguk, sumur minyak pertama yang ditemukan di Minas.
Dalam orientasi mengenai sejarah sumur tua tersebut, diterangkan oleh manajemen PT PHR yang diwakili oleh Endang Nasution, Teknisi lapangan PHR dan tim DICE inii dengan semangat memperkenal bagaimana cerita sesungguhnya penemuan sumur minyak pertama tersebut dengan singkat dan lugas.
Endang menceritakan bahwa pada awal abad ke-20, Belanda ketika itu dengan perusahaannya yaitu Royal Deutsch Petroleum telah datang ke Pekanbaru. Kedatangan mereka sekalian untuk membangun Bandara Simpang Tiga. Pada 1924 pihak Amerika dengan perusahaannya yaitu Standar Oil of California (Socal) datang bersama ahli geologinya, bernama Hopper. Pada saat melakukan penelitian, Hopper melarikan diri akibat Perang Dunia 2, dimana Jepang juga menguasai Asia Tenggara dan tiba di Indonesia.
Bersamaan dengan itu, akhirnya ditemukan oleh Jepang dengan ahli geologi mereka bernama Toru Oki. “Jadi sumur ini digagas oleh Belanda, di eksplorasi oleh Amerika. Tetapi ditemukan oleh Jepang,” tutur Endang.
Setelah mendapat penjelasan mengenai sejarah dan asal-usul sumur minyak pertama di Minas ini, peserta dibawa berkunjungan ke lokasi salah satu tangki minyak raksasa di Gathering Station 1 (GS1) yang merupakan GS terbesar dari total 6 GS yang berada di Minas.
Berkesempatan ke Lapangan Tangki Raksasa, Berselfi dan Foto Bersama
Peserta disambut para tim petugas di sana dan diberikan pemahaman mengenai apa saja yang menjadi bagian-bagian dari GS 1. Selain itu, seputar bagaimana proses pengolahan minyak secara garis besar oleh Operator Senior di GS, Imam Wicaksono.
Iman menerangkan bahwa GS 1 menghasilkan 9.000 BOPD dari total 30.000 BOPD yang berasal dari Minas. Sistem yang digunakan, yaitu sistem injeksi yang lebih ramah lingkungan. “Tetapi juga memiliki tekanan yang besar dalam pengembalian ke perut bumi yang mencapai 700 Psi (Pound/Inch),” ujar Imam.
Selain itu, peserta juga berkesempatan melihat langsung Control Room GS 1 yang berfungsi sebagai tempat pemantauan segala sistem kerja yang menggunakan teknologi canggih yang disebut dengan Human Machine Interface (HMI) yang segala sistemnya dapat dikontrol oleh manusia melalui komputer. Di lokasi ini peserta sempat turun ke lapangan dengan batasan tetap jauh dari tangki minyak, untuk menyempatkan diri foto bersama di lapangan dengan background kemegahan tangki raksasa berwarna hitam dan biru tersebut.
Sekitar pukul 15.00 WIB peserta kembali pulang menuju RCC dan berganti pakaian kembali. Usai itu, dengan naik bus yang disediakan PT PHR, peserta pamit dan kembali ke titik kumpul semula menuju Graha Pena Riau.
Banyak hal dan pengalaman yang diperoleh selama satu hari tersebut.Tak pernah terbayang betapa kompleksnya mencari energi yang menjadi roda perekonomian negeri. Suatu saat energi ini akan habis. Efisiensi penggunan energi dan mencari energi alternatif harus segera terealisasi di negeri ini.
Ini menjadi tugas kita selaku pewaris negeri, untuk terus berinovasi dan berkreasi dalam menjamin energi ini tetap terpenuhi. Saat ini, kita hidup di zaman yang mana revolusi dari teknologi, informasi, dan sains berkembang dengan pesat.
Banyak Pencapaian Prestasi
Namun kunjungan berkesan ini memberikan pemahaman bagi peserta bahwa satu tahun setelah dialih kelola oleh PT PHR WK Rokan ini, telah banyak pencapaian yang dilakukan. Pencapaian ini g nantinya akan mencatat sejarah prestasi perusahaan ini. Salah satunya innovasi teknologi DICE yang diwujudkan oleh personil PT PHR sendiri dengan memanfaatkan digitalisasi sebagai langkah menuju “Revolusi Industri 4.0”.
Waktu dan biaya mungkin sering kali menjadi batasan dalam implementasi revolusi inovasi. Tetapi dengan kerja keras dan optimisme yang kuat dari manajemen PT PHR innovasi itu kini terwujud. Akhirnya DICE bisa diresmikan pada Senin (8/8/2022) yang lalu.
Selain itu, massif dan agressifnya penggalian sumur minyak hingga dalam tempo satu tahun saja, PT PHR sudah menggali 330 sumur per Oktober 2022 dan telah memberikan kontribusi pada penerimaan negara sebesar Rp 9 T.
Selanjutnya, berbagai macam Program Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL) telah dilakukan. Mulai bidang ekonomi,kesehatan,lingkungan dan pendidikan yang sudah dirasakan warga di tujuh lokasi WK Rokan yang sudah tercatat dan dipublis di media.
Albi Yasin, Mahasiswa UIN sebagai finalis Penulisan Lomba Kreatif Media Digital "PHR Goes To Campus".
Untuk itu, setelah mengetahui semua aktivitas satu tahun PT PHR dari kunjungan ini, membuat Saya sebagai salah seorang peserta dari 10 finalis, mulai paham soal kompleksnya dalam mendapatkan energi minyak yang padat modal dan investasi yang sangat tinggi ini.
Untuk itu, Saya berterima kasih karena bisa diberi kesempatan mengunjungi dan mengenal Objek Vital Nasional ini lebih dekat. Oleh karenanya, Saya bisa mewujudkan tulisan ini untuk dipublis di media. (Penulis: Muhammad Alby Yasin, Mahasiswa UIN, Pekanbaru).***