SuaraRiau.co -Kadispora Riau Boby Rachmat saat akan melakukan tendangan pertama dalam Kejurda Sepaktakraw Riau 2022 di GOR Sepaktakraw Purna MTQ, Sabtu (24/9/2022). (PSTI RIAU)
PEKANBARU – Sepaktakraw Riau harus bangkit dan berprestasi lagi seperti di masa-masa sebelumnya. Kegagalan Riau berprestasi tinggi di PON 2021 Papua lalu harus menjadi bahan evaluasi menyeluruh. Jika tidak, Riau akan semakin ketinggalan dengan daerah lain yang tak punya sejarah sepaktakraw.
Hal itu dikatakan Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Kadispora) Riau, Boby Rachmat SSTP Msi, saat membuka Kejuaraan Daerah (Kejurda) Sepaktakraw Riau di GOR Sepaktakraw Purna MTQ, Pekanbaru, Sabtu (24/9/2022).
Menurut Boby, hanya dengan kerja keras melahirkan atlet, kemudian membinanya secara berkesinambungan. Kalau perlu, katanya, diadakan kejuaraan antardesa, antarkecamatan, hingga Kejurda Antarkabupaten/Kota seperti saat ini.
“Kejuaraan berjenjang harus dibuat. Mulai dari antarpelajar hingga senior, dari antardesa hingga antarkabupaten, dan sebagainya. Mesti ada inovasi agar para pemain terus lahir,” ujar Boby.
Ditambahknya lagi, dengan persiapan yang masih dua tahun, Riau harus mencanangkan bisa mendapatkan medali emas dalam PON Sumut-Aceh 2024 mendatang. Untuk itu, baik kejurda yang sedang berlangsung atau Porprov Kuansing 2022 mendatang, adalah ajang untuk mencari bibit unggul yang bisa diproyeksikan untuk PON 2024.
“Mulai dari sekarang, hasil akhir adalah emas PON 2024 Sumut-Aceh. PSTI Riau harus bekerja keras untuk ini,” jelas Boby lagi.
Menurut Boby, sepaktakraw yang merupakan cabang olahraga khas orang Melayu, harus terus dihidupkan dengan prestasi di Riau. Di luar sana, sepaktakraw sudah begitu maju. Jika di tahun-tahun sebelumnya musuh utama Riau hanya Sulawesi Selatan (Sulsel), saat ini daerah-daerah lain sudah berkembang pesat. Jawa yang tak punya tradisi sepaktakraw, juga berhasil membina dan berprestasi tinggi.
“Di setiap kejuaraan nasional maupun PON, saingan kita bukan hanya Sulsel lagi. Gorontalo, Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, DKI Jakarta dan daerah lainnya, telah berprestasi tinggi meninggalkan kita. Kita tak boleh diam dan harus melakukan sesuatu,” ujar Boby mengingatkan.
Sekretaris Umum PSTI Riau Amrizal Amir, yang mewakili Ketua PSTI Riau Rudianto Manurung SH MH CLA yang berhalangan hadir, menjelaskan, Kejurda Sepaktakraw Riau ini adalah salah satu cara pihaknya dalam membangun kembali sepaktakraw Riau agar disegani. Kata Amrizal, saat dia masih aktif sebagai pemain, menjadi pemain nasional seakan mudah bagi pemain-pemain Riau.
“Saya sejak tahun 1977 hingga 1987 selalu bermain di tim nasiona. Baik di SEA Games maupun kejuaraan bertaraf internasional lainnya. Sampai akhirnya saya memilih tak mau lagi bermain untuk tim nasional demi regenerasi,” jelasnya di hadapan para pemain.
Kata dia, nama-nama seperti Armon Yonres, Afrianto, dan pemain Riau lainnya, selalu ada di tim nasional. Dia berharap pemain-pemain berkualitas kembali lahir dari Riau sehingga bisa menembus tim nasional seperti di generasinya.
“Kejurda ini adalah salah jalan bagi para pemain untuk menunjukkan kemampuan agar sepaktakraw Riau terus berprestasi dan para pemainnya diperhitungkan dan masuk timnas lagi,” ujar Amrizal lagi.
Kejurda kali ini memainkan satu nomor, yakni regu, dan diikuti oleh 12 kabupaten/kota seluruh Riau untuk tim putra. Sedangkan untuk putri, diikuti lima tim, yakni Pekanbaru, Bengkalis, Kuantan Singingi, Indragiri Hulu, dan Siak. Untuk putra dibagi dalam empat grup, sedangkan putri dengan sistem round robin (saling bertemu). Babap penyisihan hingga perempatfinal dimainkan pada Sabtu, sedangkan final pada Ahad ini.(src/amran)
,