SuaraRiau.co -Agam, Sumbar – Pengrajin gula tebu di Nagari Lawang, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, mulai merasakan manfaat dari digitalisasi dalam mengembangkan usaha mereka.
Melalui Program Kemitraan Masyarakat (PKM) yang digagas Universitas Negeri Padang (UNP), para pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) setempat kini dilatih untuk meningkatkan keterampilan digitalisasi manajemen pemasaran dan branding produk. Program ini bertujuan mendorong pengembangan produk unggulan daerah, Saka Lawang, agar bisa bersaing di pasar yang lebih luas.
Kegiatan yang melibatkan 35 petani tebu ini merupakan upaya untuk mengatasi keterbatasan digitalisasi di Nagari Lawang. Hingga saat ini, pemasaran produk gula tebu masih dilakukan secara tradisional dengan mengandalkan penjualan langsung kepada wisatawan. Menurut Ketua Program Pengabdian, Dr. Ofianto, rendahnya akses internet dan kurangnya keterampilan digital menjadi penghambat utama UMKM dalam mengembangkan usaha mereka secara modern. "Digitalisasi adalah kunci untuk membuka akses pasar yang lebih luas," ujarnya.
Selain itu, pelaku UMKM gula tebu juga menghadapi tantangan dalam hal desain kemasan dan branding produk. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan tim PKM UNP, sebagian besar produk gula tebu dikemas dalam plastik polos tanpa merek, sehingga tidak menarik perhatian konsumen di luar daerah. "Kami memberikan pelatihan intensif kepada para pengrajin agar mereka mampu membuat kemasan yang lebih menarik dan mengikuti tren pasar modern," tambah Ofianto.
Pelatihan yang diberikan tidak hanya berfokus pada desain kemasan, tetapi juga penggunaan media sosial, pembuatan dan pengelolaan situs web, serta pemanfaatan platform e-commerce. Dengan adanya pelatihan ini, diharapkan UMKM gula tebu di Nagari Lawang dapat meningkatkan daya saing produk mereka baik di pasar lokal maupun regional.
Di sisi lain, keterbatasan infrastruktur digital seperti akses internet yang belum stabil di Nagari Lawang menjadi kendala yang serius. Untuk mengatasi masalah ini, tim PKM UNP bekerja sama dengan pihak terkait guna meningkatkan kualitas layanan internet di wilayah tersebut. Dengan akses internet yang lebih baik, para pelaku usaha dapat memanfaatkan platform digital secara lebih optimal.
Program ini juga bertujuan untuk mendukung Indikator Kinerja Utama (IKU) perguruan tinggi, yang mencakup pemberdayaan masyarakat dan peningkatan kualitas hidup. Para dosen dan mahasiswa yang terlibat dalam kegiatan ini turut serta dalam memberikan pendampingan langsung kepada pengrajin, memastikan mereka mampu menerapkan teknologi digital dalam operasional bisnis sehari-hari. "Kami ingin UMKM di Nagari Lawang bisa memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan penjualan dan memperluas pasar," ujar salah satu anggota tim, Oktaviani, S.T., M.T.
Manfaat dari program ini diharapkan dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat Nagari Lawang. Dengan peningkatan keterampilan digital, diharapkan terjadi peningkatan penjualan dan pendapatan para pengrajin gula tebu, yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Selain itu, produk gula tebu dari Nagari Lawang diharapkan mampu bersaing dengan produk serupa di pasar regional, bahkan nasional.
Salah seorang pengrajin, Franki Putra, mengungkapkan rasa optimisnya setelah mengikuti pelatihan. "Sekarang kami sudah tahu bagaimana cara memasarkan produk secara online. Kami berharap bisa menjangkau konsumen lebih banyak dan meningkatkan penjualan," ujarnya.
Dengan adanya program ini, Nagari Lawang diharapkan dapat menjadi model pengembangan ekonomi lokal berbasis digitalisasi bagi daerah-daerah lain di Sumatera Barat. Keterampilan digital yang kuat dan branding produk yang menarik akan menjadi kunci bagi UMKM untuk terus tumbuh dan berkembang di era globalisasi ini.
“Kami optimis bahwa pengrajin gula tebu di Nagari Lawang dapat menjadi lebih kompetitif di pasar yang lebih luas dengan dukungan digitalisasi,” tutup Dr. Ofianto.(***)