SuaraRiau.co -PEKANBARU- Bila tidak ada aral melintang, Dewan Kesenian Riau (DKR) akan menggelar Musyawarah Seni Daerah (Musenda) pada Juli 2025 mendatang. Salah satu agendanya adalah memilih sosok ketua umum untuk periode 2025-2030.
Terkait hal itu, seniman Riau yang juga musisi senior, Benie Riaw, berharap Musda DKR kali ini menghasilkan keputusan penting terhadap dunia seni di Bumi Lancang Kuning. Khususnya bagaimana supaya para penggiat seni di Riau lebih diperhatikan.
“Masih ada sejumlah permasalahan yang hingga kini masih dialami para penggiat seni di Riau. Dan itu harus segera dicarikan solusinya,” ujarnya, Senin (16/6/2025).
Pria yang termasuk penggagas terbentuknya Bandar Serai Orchestra ini kemudian mencontohkan, tentang para seniman di Riau yang belum terdata dengan baik. Baik tingkat pemula, profesional hingga mereka yang telah wafat.
Termasuk karya-karya mereka yang belum didokumentasikan dengan maksimal.
“Dua hal ini sangat penting. Bila para seniman di Riau terdata dengan baik, akan semakin baik untuk mengatur kegiatan termasuk berkoordinasi dengan pemerintah,” terangnya.
Begitu pula dengan mendokumentasi hasil karya mereka. “Hasil karya mereka bisa diproduksi ulang dan royalti dari karya itu bisa diterima seniman bersangkutan. Atau bila sudah meninggal, bisa diserahkan kepada ahli warisnya. Di sinilah, DKR bisa mengambil peran penting,” ujarnya lagi.
Terima Dukungan
Dalam kesempatan itu, Benie Riaw juga mengungkapkan kesiapannya untuk maju sebagai calon kandidat ketua umum. DKR untuk periode selanjutnya.
“Niat ini tidak terlepas dari adanya dukungan rekan-rekan penggiat seni, baik dari Pekanbaru maupun dari daerah,” ujarnya kagi.
Terkait dengan niatnya itu, dirinya telah menyiapkan sejumlah program, untuk kebaikan DKR dan para pekerja seni di Riau.
“Yang pasti, DKR tetap akan menjadi rumah besar bagi para seniman di Riau dalam menuangkan ide dan kreativitas,” tegasnya.
Selain itu, pencipta beberapa lagu yang akrab di telinga masyarakat Riau seperti Semalam di Bandar Serai (2001), Batik Riau (2004) Panggil Aku Sakai, Payung Hitam dan Zapin Anak Watan (2000) ini juga berencana melakukan amandemen terhadap AD/ART DKR yang dinilai tidak lagi selaras dengan kondisi saat ini.
“Untuk program kerja kita mengikut ide para seniman,” tambahnya.
Begitu pula terkait beberapa program kerja rutin DKR, seperti Rarak Musik, Pinggat Kejuaraan Tari,Bentang Karya Seni Rupa, Lamam Cita Sastra, Gelora Teater hingga Festival Film Pendek.
“Untuk agenda kerja rutin dan berskala besar ini, lokasinya akan kita bagi. Minimal ada 4 kegiatan yang dilaksanakan di daerah. Dengan demikian, rasa memiliki DKR di kalangan rekan-rekan seniman di Riau akan semakin kuat,” terangnya.
Benie Riaw menyadari, memimpin DKR dengan beragam dinamikanya, bukanlah hal yang ringan.
“Tapi kalau semua kita lakukan bersama-sama, tidak ada yang tidak mungkin,” pungkasnya. ***