Life Style

4 Negara ASEAN Daftarkan Kebaya ke UNESCO.Ini Dia Beda Dengan Indoensia

  Oleh : Suara Riau
   : info@suarariau.co
  2022-11-26 07:46:14 WIB
(Foto/int)

SuaraRiau.co -SINGAPURA- Singapura, bersama dengan Brunei, Malaysia, dan Thailand, akan menominasikan kebaya untuk dimasukkan dalam Daftar Perwakilan UNESCO Warisan Budaya Takbenda Kemanusiaan, kata Dewan Warisan Nasional (NHB) dalam rilis media, yang terbit Rabu (23/11).

Keempat negara tersebut menargetkan untuk mengajukan nominasi kebaya ke UNESCO pada Maret 2023, dengan hasil diharapkan akan diumumkan pada akhir 2024

Ini akan menandai nominasi multinasional pertama Singapura, dan nominasi multinasional pertama yang melibatkan empat negara, tambah dewan tersebut.

Nominasi multinasional untuk pakaian tradisional wanita, yang mewakili bagian penting dari warisan Melayu dan kota pelabuhan Singapura, dan juga mencerminkan perpaduan unik budaya di Asia Tenggara, pertama kali diusulkan dan dikoordinasikan oleh Malaysia.

“Brunei, Malaysia, Singapura, dan Thailand sepakat untuk bekerja sama dalam nominasi multinasional ini karena kebaya mewakili dan merayakan sejarah bersama yang kaya di kawasan ini, mempromosikan pemahaman lintas budaya, dan terus hadir dan secara aktif diproduksi dan dikenakan oleh banyak komunitas di seluruh Asia Tenggara. " kata NHB, menambahkan bahwa negara lain juga dipersilakan untuk bergabung dalam nominasi tersebut.

Daftar ini dikembangkan oleh UNECO pada tahun 2008 dan terdiri dari unsur-unsur warisan budaya takbenda dari berbagai negara.

Ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya praktik dan ekspresi tersebut, mendorong dialog yang menghormati keragaman budaya, serta memberikan pengakuan yang semestinya terhadap praktik dan ekspresi komunitas di seluruh dunia. 
 
Harus diakui kebaya tak hanya ada di Indonesia. Negara-negara ASEAN lain juga memiliki kebaya meski istilahnya berbeda. 

Mengutip cnnindoensia.com, menurut dosen Program Studi Pendidikan Tata Busana Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Suciati, kebaya Indonesia memiliki ciri khas, makna visual berbeda yang menjadikannya jati diri bangsa Indonesia.

Suciati menjelaskan gaya busana perempuan Nusantara awalnya cukup dengan lilitan kain baik dililitkan dari pinggang maupun bawah ketiak. Pada abad ke-11, saat ajaran Islam masuk Jawa, muncul pemahaman bahwa berbusana musti tertutup.

Agar lebih tertutup, lilitan kain pun ditambah selendang yang disampirkan untuk menutup dada dan pundak. Inilah yang jadi awal mula kebaya.

Seiring berjalan waktu dan kedatangan bangsa-bangsa lain termasuk Cina dan Portugis, kain yang semula disampirkan lalu diselubungkan dan dijahit. Bentuknya mirip dengan jubah panjang. Baru pada abad ke-12 hingga ke-14, kain selubung ini diperkenalkan sebagai kebaya.

"Kebaya berasal dari lingkungan priyayi (bangsawan) kerajaan, wanita terhormat, dia lahir dari lingkungan adiluhung dan dari budaya pemikiran Islam yang tertutup bajunya," jelasnya.

Ciri utama kebaya Indonesia adalah terdapat belahan muka (opening-closing). Model kebaya kutubaru, kebaya Kartini semua memiliki bukaan depan. Kemudian look kebaya hadir dalam dua tekstur berbeda antara atasan dan bawahan. Atasan biasanya menggunakan material brokat dan tulle, sedangkan bawahan dari kain misalnya batik.

Kebaya Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam dan Thailand
Keberadaan kebaya di negara-negara ASEAN selain Indonesia bukan hal aneh. Hal ini sehubungan dengan aktivitas perdagangan di masa lampau. Kebaya menemukan 'warnanya' sendiri sesuai di mana dia berada.

"Karena perdagangan, dari bangsa yang sama, menyebar dan tumbuh berkembang dengab alamnya masing-masing," kata Suciati.

Jika di Indonesia menggunakan dua tekstur material, look kebaya di Malaysia menggunakan satu tekstur. Artinya, material untuk atasan dan bawahan sama. Bentuk atasannya pun serupa tunik tanpa bukaan depan atau disebut baju kurung.

Bagaimana dengan Singapura? Anda dapat mengenali kebaya Singapura dari seragam pramugari Singapore Airlines. Seperti dilansir dari Independent Singapore, kru pesawat sudah mengenakan seragam dengan siluet kebaya sarung sejak 1972. Bentuknya sedikit berbeda dengan kebaya Indonesia di mana area dada lebih terlihat dan tampaknya tidak memiliki bukaan depan meski seperti ada aksen garis di tengah.

Berbeda lagi dengan kebaya di Thailand. Pakaian tradisional Thailand banyak mengingatkan akan siluet kebaya. Seperti dilansir dari Holidify, perempuan Thailand punya beberapa jenis baju tradisional.

Ruean Ton merupakan look dengan atasan berupa blus tanpa kerah dan berkancing depan. Blus dipadukan dengan bawahan kain atau rok panjang polos atau terdapat bordir motif lokal.

Ada pula Boromphiman yang dikenakan untuk acara formal dan semi formal di malam hari. Atasan berupa blus tanpa kancing dan bentuk kerah bulat mirip kerah Shanghai. Sementara bawahannya berupa kain sarung dengan detail lipatan di depan.

Busana perempuan yang mungkin paling mendekati kebaya adalah Chitlada. Chitlada biasa dikenakan dalam acara formal atau resmi. Chitlada terdiri dari atasan berupa blus dengan lima kancing depan dan bawahan berupa Sinh (sarung).

Kebaya pun ada di Brunei Darussalam. Berdasar studi yang diterbitkan di Paramita: Historical Studies Journal (2022), kebaya perempuan Brunei Darussalam banyak dipengaruhi Malaysia.

Studi menyelidiki gaya busana perempuan Brunei Darussalam era 1960-an, 1970-an dan 1980-an dengan menganalisis foto-foto perempuan Brunei Darussalam yang dimuat di surat kabar nasional Pelita Brunei (1960-an hingga 1980-an). Selain kebaya, para perempuan Brunei ini juga mengenakan baju kurung.

Meski banyak kemiripan dengan kebaya di Malaysia, kebaya di Brunei Darussalam disebut memiliki potongan lebih longgar dan cenderung mengarah pada siluet blus dengan lengan lebih 'berisi' dan longgar.

Peneliti menemukan perempuan dengan kebaya mulai jarang terlihat di surat kabar era 1980-an. Mereka menduga hal ini terjadi karena popularitas baju kurung sebagai busana nasional.**

Halaman :
Penulis : Suara Riau
Editor : Imelda Vinolia
Kategori : Life Style