Teknologi

Sekitar Tahun 2100, Dunia Akan Kiamat, Inilah Hal Yang Diungkap 15.000 Ilmuwan

  Oleh : Suara Riau
   : info@suarariau.co
  2023-11-12 22:11:20 WIB
(Ilustrasi dunia kiamat/int)

SuaraRiau.co -JAKARTA - perubahan iklim  diperkirakan akan membawa kerusakan parah bagi masyarakat dunia. Hal ini diperingatkan oleh para ilmuwan di dunia. Untukm itu, ilmuan memperingatkan bahwa kita harus mengubah perspektif  mengenai darurat iklim dari sekedar isu lingkungan hidup yang terisolasi menjadi ancaman yang sistemik dan eksistensial.

Selain itu peneliti mengatakan, beralih dari bahan bakar fosil, serta memerangi konsumsi berlebihan oleh orang-orang kaya adalah hal yang harus dilakukan.

Mengutip cncbindonesia.com, para peneliti mengatakan iklim di Bumi berubah dengan cepat dan berpotensi mengakibatkan bencana global yang sangat besar pada akhir abad ini. Belasan ribu ilmuwan memperingatkan bahwa kehidupan di Bumi sedang terancam dan bergerak makin cepat menuju 'kiamat'.

Dalam Jurnal BioScience yang menerbitkan makalah baru mengenai hal tersebut, telah ditandatangani bersama oleh lebih dari 15.000 ilmuwan di 161 negara.

"Selama beberapa dekade, para ilmuwan secara konsisten memperingatkan masa depan yang ditandai dengan kondisi iklim ekstrim karena meningkatnya suhu global yang disebabkan oleh aktivitas manusia yang melepaskan gas rumah kaca berbahaya ke atmosfer," tulis makalah tersebut, dikutip dari Futurism, Minggu (12/11/2023).

Sementara itu, peneliti pasca doktoral Oregon State University (OSU) dan salah satu penulis utama studi Christopher Wolf menyampaikan makalah tersebut sambil mengungkap strategi mitigasi yang besar.

"Kita sedang menuju potensi runtuhnya sistem alam dan sosial-ekonomi dan dunia dengan panas yang tak tertahankan dan kekurangan sumber daya alam, makanan dan air bersih," kata Wolf.

Dalam studi tersebut, postdoc OSU dan 11 rekan penulis lainnya memasukkan banyak poin data mengejutkan yang menunjukkan bahwa pada tahun 2023, banyak rekor iklim dipecahkan dengan margin yang sangat besar.

Para penulis menunjuk secara khusus seperti musim kebakaran hutan Kanada yang sangat aktif tahun ini. Peneliti mengatakan bahwa kejadian ini menunjukkan titik kritis menuju rezim kebakaran baru, yang bisa dibilang merupakan salah satu kalimat akademis paling menakutkan yang pernah ditulis.

Profesor kehutanan terkemuka di OSU, William Ripple, yang merupakan salah satu penulis penelitian ini, menambahkan bahwa tahun ini telah membawa pola yang sangat mengkhawatirkan. Pola tersebut tentu bukan kabar yang menggembirakan, sebab manusia hanya berbuat sedikit untuk memperbaiki keadaan.

"Kami juga hanya menemukan sedikit kemajuan yang bisa dilaporkan terkait upaya umat manusia dalam memerangi perubahan iklim," kata Ripple dalam pernyataannya.

Seperti banyak ilmuwan sebelumnya, 12 penulis studi dan ribuan penandatangan studi tersebut tidak hanya menunjuk pada industri bahan bakar fosil yang sangat berpolusi. Tetapi juga perwakilan pemerintah yang mensubsidi mereka sebagai salah satu akar penyebab efek bola salju iklim ini.

Menurut makalah tersebut, antara tahun 2021 dan 2022, subsidi bahan bakar fosil meningkat dua kali lipat dari US$531 miliar menjadi lebih dari US$1 triliun. Perlu dicatat bahwa jumlah tersebut hanya terjadi di Amerika Serikat, belum negara yang lain.

"Kita harus mengubah perspektif kita mengenai darurat iklim dari sekedar isu lingkungan hidup yang terisolasi menjadi ancaman yang sistemik dan eksistensial," tulis para penulis makalah tersebut.

Peneliti mengatakan, beralih dari bahan bakar fosil, serta memerangi konsumsi berlebihan oleh orang-orang kaya adalah hal yang harus dilakukan.

Dua hal pertama itu perlu dilakukan untuk mencegah bencana lebih lanjut sebelum abad ke-21 berakhir pada 2100 mendatang atau 77 tahun lagi.***

Halaman :
Penulis : Suara Riau
Editor : Imelda Vinolia
Kategori : Teknologi