Pekanbaru

Magdalene-AJI Pekanbaru Gelar Pelatihan Perubahan Narasi Gender di Media Lewat Jurnalisme Konstruktif

  Oleh : Imelda Vinolia
   : info@suarariau.co
  2023-02-07 04:54:07 WIB
(FOTO/SRc/Imelda)

SuaraRiau.co -PEKANBARU-Sebanyak 25 jurnalis mendapat pelatihan perubahan narasai gender di media lewat jurnalisme konstruktif, yang ditaja oleh Magdelene bekerjasama dengan AJI Pekanbaru, Senin (7/2/2022).

Tujuan pelatihan ini antara lain, mengarusutamakan perspektif gender di jurnalisme dan liputan yang ramah gender  kepada jurnalis di Indonesia. Memperkenalkan Jurnalisme Konstruktif sebagai sebuah pendekatan alternatif dalam meliput isu perempuan dan gender.Dana mendorong liputan isu perempuan dan gender yang lebih konstruktif.

Menciptakan percakapan di antara praktisi media/komunitas jurnalis tentang apa yang  bisa dilakukan untuk mengubah norma gender untuk mendorong kesetaraan.

(FOTO/SRc/Imelda)

Data yang disampaikan oleh tim Magdalene menjelaskan meskipun proporsi populasi perempuan dan laki-laki di Indonesia hampir setara (133,54 juta perempuan dibandingkan 136,66 juta laki-laki, menurut Survei Nasional BPS 2020), ketimpangan gender masih menjadi masalah utama di Indonesia. Salah satu manifestasi dari ketidaksetaraan gender adalah partisipasi perempuan dalam angkatan kerja yang masih rendah. Data BPS menunjukkan tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan pada 54,2 persen dibandingkan dengan 83,6 persen laki-laki. Data BPS 2020 juga menunjukkan pendapatan rata-rata perempuan di Indonesia 23% di bawah laki-laki.

Dalam partisipasi politik, representasi yang setara masih jauh dari harapan. Meskipun Undang-Undang Pemilu mengharuskan 30 persen kuota calon legislatif perempuan, angka ini belum pernah tercapai. Saat ini anggota legislatif perempuan di DPR Nasional hanya mencapai 21,39 persen. Pembuat keputusan di lembaga-lembaga pemerintahan juga masih didominasi oleh laki-laki.

Prevalensi kekerasan berbasis gender adalah salah satu indikator utama status perempuan di Indonesia. Setiap tahun, Komnas Perempuan mencatat kenaikan angka kekerasan terhadap perempuan, pada tahun 2021 kenaikan bahkan mencapai 50 persen (335,506 kasus) dari tahun sebelumnya. DPR telah mengesahkan UU Tindak Pidana Kekerasan Seksual baru-baru ini, namun kurangnya perspektif korban yang dimiliki oleh aparat penegak hukum terus menjadi tantangan bagi penyintas untuk mendapatkan keadilan dan bagi negara untuk menciptakan sistem pencegahan yang efektif dan terintegrasi.

Media memiliki peran yang penting tidak hanya untuk menginformasikan apa yang terjadi dalam masyarakat (peran “cermin”), namun juga untuk menyorot berbagai praktik dan tradisi yang berbahaya dan merugikan kelompok tertentu, sekaligus mengubah norma untuk berkontribusi pada masyarakat yang lebih baik, lebih adil dan lebih sejahtera (peran “membentuk”). Namun dalam hal mendorong tercapainya kesetaraan gender, banyak media di Indonesia yang belum memiliki perspektif gender yang kuat, yang tercermin dalam liputan yang masih bersifat maskulin, bahkan masih mengobjektifikasi perempuan. Dengan hanya memainkan peran “cermin” dapat menguatkan persepsi usang tentang gender dan norma gender yang menempatkan perempuan dalam posisi lebih rendah, bahkan menormalisasi diskriminasi dan kekerasan berbasis gender.

Selama dua dekade terakhir, evolusi teknologi digital yang sangat cepat telah membawa disrupsi besar di industri media yang berdampak pada model bisnis media dan perilaku membaca dan mengonsumsi berita. Hal ini juga berkontribusi pada menurunnya kepercayaan publik pada media berita dan praktik jurnalistik. Namun pada saat yang sama terjadi kesadaran global yang mendorong media untuk melakukan refleksi diri. Dalam berbagai bentuk, gerakan ini disatukan oleh semangat untuk bertransformasi dari dalam, untuk mengembalikan peran media tidak hanya sebagai medium dan penjaga gawang informasi, namun juga berperan lebih aktif untuk membentuk masyarakat yang sehat, adil dan setara.

Jurnalisme konstruktif, dengan fokus akan solusi, penekanan pada konteks dan nuansa, dan dorongan untuk menjembatani masyarakat yang terpolarisasi adalah salah satu pendekatan atau lapisan yang bisa digunakan oleh jurnalis dalam melaporkan isu yang kompleks dan tumpeng tindih. Pendekatan 

jurnalisme konstruktif memungkinkan jurnalis untuk tetap independen dan kritis, sambil membantu mencari atau menjelaskan solusi yang memungkinkan untuk suatu permasalahan. Jurnalisme konstruktif menjelaskan suatu peristiwa atau perkembangan dengan cara yang menyeluruh dan memberikan harapan akan upaya untuk memperbaiki suatu masalah.

Magdalene.co adalah media daring berfokus perempuan yang menawarkan berita dan perspektif dengan perspektif gender. Misinya adalah mengedukasi dan memberdayakan pembaca kami, dan mendorong terbentuknya masyarakat yang lebih setara lewat jurnalisme berbasis solusi. Selama beberapa tahun terakhir Magdalene secara aktif telah memberikan training terhadap jurnalis, jurnalis warga, dan pers mahasiswa tentang perspektif gender dan Jurnalisme Konstruktif. Newsroom Magdalene telah mendapatkan training dan training for trainer tentang Constructive Journalism oleh Constructive Institute yang berbasis di Copenhagen, Denmark. Pada tahun 2022 Magdalene berfokus pada diseminasi perspektif gender dan bagaimana jurnalis dan media dapat berperan lebih proaktif dalam mendorong pergeseran norma gender lewat kampanye Women Lead dan lewat pelatihan gender dan media, serta berbagai diskusi meja bundar tentang isu tersebut dengan editor dari media nasional dan regional.

Pelatihan Perubahan Narasi Gender di Media lewat Jurnalisme Konstruktif ini didukung United States Agency for Global Media (USAGM).***

 

Halaman :
Penulis : Imelda Vinolia
Editor : Imelda Vinolia
Kategori : Pekanbaru