SuaraRiau.co - Julang Budaya Siak 2025 resmi dibuka. Ribuan masyarakat Siak tumpah ruah di halaman Siak bermadah kota Siak Sri Indrapura, Sabtu (15/11) malam. Kegiatan yang ditaja Balai Pelestarian Kebudayaan IV Riau-Kepri ini, menampilkan berbagai rangkaian kegiatan acara yang melibatkan penggiat budaya dan pelaku ekonomi kreatif lainnya.
Tarian, arakan kompang, silat, syair, dan pantun bertalu-talu silih berganti menghibur. Sarasehan, eksibisi Sungai Jantan, aneka lomba tradisional, festival kuliner lokal dan UMKM, tersajikan.
"Melalui julang budaya Siak, kita ingin menjaga jati diri agar tak melayu hilang di bumi. Jangan sampai kita seperti banyak suku yang hilang di dunia, karena tidak mampu menjaga budayanya. Terimakasih Kementerian Kebudayaan atas dukungannya," kata Afni saat membuka acara yang juga dihadiri Wakil Bupati Siak, Kepala BPK IV, Sekda, Forkompimda, LAM Siak, tokoh masyarakat, komunitas budaya dan Ekraf.
Tak ketinggalan, usai secara resmi membuka acara, Bupati Afni membawakan puisi karyanya sendiri berjudul "Sumpah Mati Siak Mencintai Indonesia".
Suara Afni menggelegar membacakan puisi tentang risalah kesetiaan Sultan Siak pada Indonesia. Tak hanya bersumpah setia, harta dan tahta juga dipersembahkan. Ribuan masyarakat tampak terdiam menyimak bait demi bait puisi Bupati perempuan pertama di Siak itu.
"Kami merinding mendengar puisi Ibu Bupati. Bagus sekali. Isi pesannya juga luar biasa. Apalagi pada kata-kata, tak ingin orang Siak mati di lumbung padi," kata Ihsan, seorang warga Mempura.
Berikut Puisi lengkap karya Bupati Siak, Afni:
Kami adalah siak
Di mana Istana megah Asserayah Hasyimiyah berdiri
Dari tanah Siak
Sumpah Tuanku Sultan diikrarkan demi kemerdekaan Republik Indonesia
Disinilah...
80 tahun sudah merah putih dikibarkan dengan gagah berani
Beserta seserahan harta dan Tahta kerajaan sebagai bentuk setia sampai mati
Inilah negeri yang agung
Di mana damainya riak sungai jantan mengalir ke kampung kampung
Di mana perlahan hutan alam kemudian menjadi hutan akasia yang datang mengepung
Di mana dusun dusun tua telah berubah menjadi hamparan sawit yang luasnya terus melambung
Di mana konflik terurai menjadi sumber jeritan suara rakyat yang terus bergaung
Inilah negeri, di mana pompa minyak terus mengangguk-ganguk dari perut bumi, untuk memberi ke Ibu pertiwi
Di mana ratusan ribu rakyat kami harus berdamai hidup diantara lautan luasan izin lisensi
Dan siak hingga kini, tetap setia menjaga hutan lindung konservasi
Demi negeri bernama Siak
Kami telah bersumpah Setia
Menjaga sumber mata air negara
Mesti kadang kami harus berurai air mata
Diantara ketimpangan ekonomi yang masih parah.
Diantara lapangan kerja yang masih susah
Ditengah keadilan ekologis yang begitu payah
Siak masih mencintai Indonesia, seputih tulang semerah darah
Rakyat siak bersumpah setia sudah menjadi penjaga Ibu pertiwi.
Karena kami yakin Ibu pertiwi tidak akan mungkin berkhianat pada janji konstitusi
Janji hak hutan tanah rakyat dapat terlindungi
Janji dapat sesuap nasi tanpa intimidasi
Janji mengalirkan air ke sawah-sawah petani
Janji akses jalan bisa membelah kepungan konsesi
Janji sungai dan udara bisa bebas dari polusi
Janji pelayan kesehatan terus berbenah dari hati
Janji sajian kebijakan bersebati ke penjuru negeri
Bahkan janji hak-hak penyandang disabilitas terlayani
Begitulah besar harap kami
Terjaga tuah dan Marwah negeri
Agar tidak mati di lumbung padi
Bisa menjadi Tuan di tanah kami sendiri
(Siak Sri Indrapura, 2025)
Tak hanya berpuisi, suasana semakin semarak ketika Bupati Afni turun ke panggung dan berbaur mengajak masyarakat berjoget diiringi lagu-lagu Melayu. Tak ada jarak antara pemimpin dan rakyat, gembira bersama. Acara ditutup dengan menikmati sajian khas tradisional di stand Dekranasda Siak, dan kunjungan ke stand eksibisi Sungai Jantan.(src/ara)