SuaraRiau.co -PEKANBARU – Setelah melalui tahap awal penulisan di kegiatan Kemah Cerpen Tunas Bahasa Ibu yang digelar Balai Bahasa Provinsi Riau, kini seluruh karya siswa SD dan SMP dari lima kabupaten/kota di Riau memasuki proses penyempurnaan dan revisi oleh kurator.
Tahapan ini merupakan langkah penting sebelum naskah-naskah tersebut diserahkan kepada penyelia akhir untuk pembuatan dami buku yang siap diterbitkan.
Fungsional Widyabasa Ahli Pertama Balai Bahasa Provinsi Riau, Irwanto, menyampaikan bahwa upaya ini bertujuan menghidupkan kembali budaya literasi menulis dalam bahasa Melayu Riau.
"Bahasa Melayu Riau adalah bahasa ibu kita. Dengan menulis cerpen dalam bahasa ini, generasi muda tidak hanya melestarikan bahasa daerah tetapi juga memperkuat identitas budaya mereka," ujarnya, Minggu (22/12/2024).
Karya-karya peserta ini nantinya akan diterbitkan dalam bentuk antologi cerpen berbahasa Melayu Riau dengan terjemahan dalam bahasa Indonesia. Buku tersebut akan menjadi produk unggulan Balai Bahasa Provinsi Riau, sekaligus menjadi contoh nyata dari upaya revitalisasi bahasa daerah di tengah arus globalisasi.
Irwanto menambahkan, kegiatan ini melibatkan 62 peserta dari lima daerah, yakni Kampar, Pekanbaru, Dumai, Meranti, dan Indragiri Hulu. Para peserta tidak hanya belajar teknik menulis cerpen, tetapi juga didorong untuk menggali potensi budaya lokal melalui tema-tema cerita pendek yang mereka buat.
Selain itu, konsep pelatihan di alam terbuka yang diterapkan di Kemah Cerpen Riau disebut berbeda dari kegiatan serupa di wilayah lain. Peserta diajak berinteraksi langsung dengan lingkungan sekitar untuk menambah inspirasi dan memperkuat rasa cinta terhadap alam dan budaya daerah.
"Dengan pendekatan ini, kami tidak hanya melatih kemampuan menulis, tetapi juga menanamkan kebanggaan pada budaya lokal. Hal ini sangat penting untuk melawan derasnya pengaruh budaya asing," ujar Irwanto.
Kemah Cerpen juga mendapat perhatian dari Badan Bahasa. Menurut Irwanto, konsep unik yang diterapkan Balai Bahasa Provinsi Riau ini akan dijadikan bahan evaluasi untuk kemungkinan diterapkan secara nasional.
"Dalam beberapa tahun ke depan, kegiatan serupa mungkin akan menjadi model untuk program revitalisasi bahasa daerah di seluruh Indonesia. Konsep ini berbeda karena menggabungkan pelatihan menulis dengan kegiatan di alam terbuka," katanya.
Irwanto berharap, buku antologi cerpen ini tidak hanya menjadi inspirasi bagi siswa lain untuk mencintai bahasa daerah, tetapi juga menjadi langkah awal dalam memperkuat posisi bahasa Melayu Riau di dunia literasi nasional.
"Produk ini diharapkan menjadi kebanggaan Riau, sekaligus mendorong daerah lain untuk melakukan hal serupa dalam melestarikan bahasa daerah mereka masing-masing," pungkasnya. (**")