SuaraRiau.co - Bagi umat Islam, Al-Quran dianggap sebagai petunjuk hidup yang utama serta memberikan bimbingan dalam berbagai aspek kehidupan. Itu juga yang diyakini Cahya Yudi Widianto, Sang Penemu Enzim yang dikemas dalam sebuah produk dengan nama Marolis.
Bermula dari meriset ayat-ayat Al Quran, Cahya Yudi melahirkan beberapa penelitian. Didampingi oleh beberapa ahli dibidangnya, Cahya Yudi berhasil menciptakan pupuk Marolis berbahan dasar enzim, setelah melakukan penelitian selama 28 tahun.
Enzim dihasilkan oleh mikroorganisme, yang berfungsi untuk membantu penyediaan unsur hara, meningkatkan kesuburan tanaman, melindungi tanaman dari penyakit dan berperan penting dalam proses fotosintesis.
"Pupuk enzim ini baru ada tiga di dunia. Yaitu di Israil, Cina dan Marolis dari Indonesia. Ilmu mengenai enzim ini sudah ada dijelaskan dalam Al Quran. Tinggal tugas kita sebagai umat Islam mempelajarinya. Bahkan Israil dan Cina yang mayoritas non muslim, juga mempelajari banyak ilmu dari Al Quran," ujar Cahya Yudi.
Pupuk Marolis lahir dari niat tulus Cahya Yudi, membantu para petani sawit di Indonesia untuk menekan biaya pupuk, sehingga bisa mendapatkan keuntungan yang lebih banyak.
Keunggulan Marolis
Marolis merupakan produk organik dengan teknologi terbarukan yang terdiri dari 3 macam produk. Pertama Marolis Katalisator, mengandung Enzim dari 23 Mikroorganisme menguntungkan yang berfungsi untuk mempercepat penyerapan nutrisi pada tanaman, serta memperbaiki tekstur dan stuktur tanah. Membantu proses fotosintesis dan menghilangkan residu pupuk kimia sintetik di tanah.
Kedua Trichoderma Marolis, merupakan agen pengendali hayati dan pemacu pertumbuhan tanaman.
Ketiga Marolis Corine, bermanfaat untuk mengendalikan penyakit yang disebabkan oleh bakteri patogen dan meningkatkan pertumbuhan tanaman.
Pupuk Marolis dapat membantu petani untuk mengurangi pengunaan pupuk kimia sintetik dan obat-obatan kimia. Marolis juga bisa meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil pertanian, serta menghilangkan residu tanah akibat pemberian pupuk kimia yang berlebih.
Marolis mampu mewujudkan pertanian yang sehat dan berkelanjutan, juga meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani.
Tekan Biaya Pupuk, Petani Lebih Untung
Imron Hanafi, Warga Kecamatan Ukui Kabupaten Pelalawan mengaku banyak menerima manfaat semenjak mengenal plupuk Marolis. Sebelum menggunakan Marolis, Imron menghasilkan Berat Jenjang Rata-rata (BNR) sekitar 9-10 kg perjenjang.
"Setelah saya coba menggunakannya pupuk Marolis, saya menghasilkan BNR sekitar 13 kg perjenjang," tutur Imron.
Melalui pengamatan Imron, banyak perubahan terjadi di kebun sawit nya semenjak mencoba Marolis. Seperti keluar cacing lebih banyak dari tanah, daun sawit lebih lebar hingga dahan yang lebih lentur.
"Selama ini saya wajib mengeluarkan biaya sekitar 70 sampai 75 juta untuk biaya pupuk dengan luas kebun 37 hektar. Biaya itu bisa saya tekan menjadi 45 juta setelah menggunakan pupuk Marolis," sebut Imron.
Hal serupa juga disampaikan Khairudin, Petani Sawit di Kecamatan Salo, Kabupaten Kampar. Ia mengaku awalnya ragu untuk mengganti pupuk, karena selama ini sudah terbiasa dengan pupuk kimia.
"Saya coba pakai pupuk Marolis saat musim kemarau. Pas hari ke 10, pucuk sawit naik dia biasanya cuma naik satu. Pelepahnya juga merunduk-runduk," kata Khairudin.
Khairudin tak memungkiri rasa takjub timbul melihat perkembangan pohon sawit nya. Sebab dari yang ia tahu, jika melakukan pemupukan saat musim kemarau biasanya tidak menimbulkan efek apa-apa.
Sedangkan saat mencoba pupuk Marolis, pohon sawit nya tumbuh pesat meski melakukan pemupukan saat musim kemarau.
"Saya bersyukur mengenal pupuk Marolis. Selain tanah menjadi subur, pohon sawit juga tumbuh baik," tuturnya.(rls)