SuaraRiau.co -PEKANBARU- Cap Go Meh adalah perayaan yang selalu jatuh pada hari ke-15 setelah Tahun Baru Imlek atau tepat saat bulan purnama pertama dalam kalender Lunar. Saat memberikan sambutan, PJ Walikota Roni Rakhmat dijeda dengan pelepasan petasan dengan warna dan konfigurasi yang membentuk keindahan di langit Jalan Karet Pekanbaru.
Pelepasan petasan dalam perayaan Cap Go Meh dan atraksi tarian Naga, tarian dari NTT serta lainnya mewarnani keberagaman di perayaan Cap Go Meh di Pekanbaru. Hal ini sekaligus menjadi penutup rangkaian perayaan Imlek tahun ini.
Pelepasan petasan tersebut ujar Roni merupakan hal pertanda sebuah perayaan. Dimana setiap agama dan budaya memiliki cara tersendiri. Namun setiap perayaan agama apapun yang ada di dalam masyarakat Indonesia, semua warga ikut merayakan. “Mau Natal, semua merayakan. Mau Imlek semua merayakan, apa lagi Idul Fitri. Semuanya pasti dapat ampau atau pun di Islam namanya THR,”ujarnya bertubi-tubi.
Perayaan ini juga menarik investasi menjadi meningkat. Hal ini akan meningkatkan investasi Kota Pekanbaru di tingkat nasional. Untuk itu Roni mengajak semua beruka cita dan bergembira bersama.
Roni menambahkan ide untuk menjadikan kawasan Pecinan Jalan Karet yang lebih kurang 100-200 meter untuk dibuat menjadi kawasan tujuan orang berkumpul bukan saat Imlek saja. Namun setiap hari menjadi kawasan Pecinan seperti di negara-negara lainnya. “Sehingga ada ciri khas di kawasan ini nantinya,” paparnya.
Ketua panitia Imlek Kamin Lee menyatakan Imlek yang juga syarat dengan warna nuansa merah. Dimana Kamin mengucapkan rasa terima kasihnya atas dukungan pemerintah seperti Pj Walikota Pekanbaru Roni Rakhmat, yang tidak sulit untuk ditemui saat audiensi dalam rangka perayaan Cap Go Meh ini.”Saya kira sulit dijangkau, ternyata tidak dan Bapak sangat ramah pada kami,”ungkapnya berterima kasih. Lalu apresiasi juga diberikan Kamin kepada Kapolres Kota Pekanbaru Kombes Jeki Rahmat Mustika SIK, yang juga telah membuat amannya dan kondusifnya rangkaian Imlek dan Cap Go meh ini. Selain itu, Kamin juga mengapresiasi undangan lainnya.
Kombes Jeki Rahmat Mustika, dalam sambutannya ia menyatakan merasa setengah Tionghoa dengan memakai warna baju merah nuansa Imlek ini, meski wajahnya terlihat Arab dan Melayu. Ia merasa senang agar perayaan demikian tidak saat Imlek saja . Sehingga akan terlihat keberagaman.
Dalam kesempatan itu Jeki juga menjelaskan bahwa dirinya lahir di tahun Imlek dengan shio Ular. “Tahun Imlek kali ini juga merupakan tahun lahir saya, “ujarnya.
Tahun ini, Cap Go Meh dirayakan pada Rabu, 12 Februari 2025. Oleh kesepakatan bersama, perayaan Cap Go Meh dengan tanpa mengurangi makna, dimajukan pada 11 Februari 2025. Hal ini dikatakan Wakil Ketua PSMTI Riau Ketjing. Seperti biasa perayaan ini dipusatkan di kawasan Pecinan Pekanbaru, yakni di Jalan Karet, Kecamatan Senapelan Kota Pekanbaru.
Sama halnya dengan tahun-tahun sebelumnya, perayaan ini diisi dengan berbagai atraksi keberagaman budaya. Mulai dari Tari Naga, Tarian dari Nusa Tenggara Timur, hingga pelepasan petasan.
Makna di Balik Cap Go Meh menurut dosen agama Buddha ini, istilah "Cap Go Meh" berasal dari bahasa Hokkien. "Cap go itu 15, meh itu malam. Jadi artinya malam ke-15 dalam kelender lunan. Tradisi ini sudah ada sejak zaman dahulu.
Sejarah dan Makna Cap Go Meh: Tradisi, Ritual, dan Simbol Keberuntungan juga menjelaskan bahwa dalam ajaran Konghucu, Cap Go Meh memiliki makna spiritual sebagai momen untuk berdoa kepada orang tua dan memohon keberkahan kepada Tuhan atau Tian. Menariknya, istilah "Cap Go Meh" hanya dikenal di Indonesia, sementara di negara lain perayaan ini disebut berbeda. Di tingkat internasional, Cap Go Meh lebih dikenal sebagai Festival Lentera atau Lantern Festival.
Asal usul sejarah Cap Go Meh bisa ditelusuri hingga zaman Dinasti Han, sekitar tahun 206 SM hingga 220 M. Kala itu, para biksu Buddha menyalakan lentera pada malam ke-15 Tahun Baru Imlek sebagai bentuk penghormatan kepada Sang Buddha. Tradisi ini kemudian menyebar luas ke seluruh Cina dan beberapa negara di Asia. Ada juga legenda yang mengisahkan bagaimana Cap Go Meh bermula. Konon, Kaisar Giok atau Jade Emperor pernah murka karena penduduk sebuah kota membunuh angsa kesayangannya. Dalam amarahnya, sang Kaisar berencana membakar kota tersebut.
Namun, seorang peri memberi tahu penduduk agar menyalakan lentera di seluruh kota pada malam ketika Kaisar Giok hendak menjalankan aksinya. Melihat cahaya terang di seluruh penjuru kota, Kaisar mengira bahwa tempat itu sudah terbakar, sehingga membatalkan niatnya.****
