Jakarta

Kunjungi Istiglal,Paus dan Imam Besar Indonesia Serukan Perdamaian Bersama

  Oleh : Suara Riau
   : info@suarariau.co
  2024-09-06 08:55:21 WIB
Paus Fransiskus dan Imam Besar Indonesia Nazarudin Umar. (FOTO/bbcnews.com)

SuaraRiau.co -JAKARTA-Paus Fransiskus telah memperingatkan agar tidak menggunakan agama untuk memicu konflik pada hari terakhir kunjungannya ke Indonesia, perhentian pertama dalam lawatannya keliling kawasan Asia Pasifik. Demikian berita yang dilangsir dari cnnnews.com yang terbit Kamis (6/9/2024).

 

Di masjid Istiqlal di ibu kota Jakarta, Paus menandatangani deklarasi tentang kerukunan umat beragama dan perlindungan lingkungan hidup dengan imam besar masjid tersebut dan bertemu dengan para pemimpin setempat dari enam agama.

 

Pria berusia 87 tahun itu sebelumnya pada hari Selasa (3/9/2024) memulai kunjungan 11 hari ke wilayah Asia Tenggara, dimana hal ini perjalanan luar negeri terpanjang selama masa kepausannya.

Setelah memimpin misa di hadapan sekitar 80.000 orang di stadion sepak bola utama Indonesia pada hari yang sama, ia akan bertolak ke Papua Nugini, Timor Leste, dan Singapura.

Berbicara di masjid tersebut yang merupakan masjid terbesar di Asia Tenggara, Paus pada hari Kamis mengatakan orang-orang dari berbagai agama harus tahu "kita semua adalah saudara, semua peziarah, semua sedang dalam perjalanan menuju Tuhan, melampaui apa yang membedakan kita".

Ia menambahkan, umat manusia sedang menghadapi "krisis serius" yang disebabkan oleh perang, konflik, dan kerusakan lingkungan.

Paus juga mengunjungi terowongan sepanjang 28 m (91 feed) yang menghubungkan masjid Istiqlal dengan katedral Katolik di seberang jalan.

Ia dan imam besar Nasaruddin Umar berdiri di pintu masuk "terowongan persahabatan", yang katanya merupakan "tanda yang fasih" tentang bagaimana orang-orang dengan keyakinan berbeda dapat berbagi akar.

Indonesia adalah negara dengan mayoritas Muslim terbesar di dunia dan hanya 3% dari 275 juta penduduknya yang beragama Katolik.

Indonesia memiliki enam agama yang diakui secara resmi yakni  Islam, Protestan, Katolik, Buddha, Hindu, dan Konghucu.

Paus memiliki jadwal padat berupa penampilan publik dan pertemuan dengan para pemimpin Gereja di Asia-Pasifik, salah satu dari sedikit tempat di dunia di mana Gereja Katolik bertumbuh dalam hal umat beriman yang dibaptis dan panggilan religius.

Di Indonesia, ia terlihat bergerak-gerak dan melambaikan tangan kepada khalayak yang memujanya dari kursi rodanya. Sebelumnya pada hari Rabu, hari kedua dari kunjungan tiga harinya, Paus berbicara dengan presiden Joko Widodo yang sebentar lagi akan habis masa jabatannya di Jakarta.

Paus meminta, Indonesia harus menepati janjinya tentang "harmoni dalam keberagaman".

Memuji Keluarga Indonesia Memiliki Anak Banyak

Dalam kesempatan itu, Paus juga memuji masyarakat Indonesia yang memiliki keluarga besar dengan jumlah anak hingga lima orang.

"Teruslah berkarya, kamu adalah contoh bagi semua orang, bagi semua negara yang mungkin, dan ini mungkin terdengar lucu, (di mana) keluarga-keluarga lebih memilih untuk memiliki kucing atau anjing kecil daripada anak," katanya.

Pernyataannya tersebut, mengingatkan kita pada dua tahun lalu, saat Paus mengatakan bahwa memiliki hewan peliharaan alih-alih anak-anak akan mengurangi "kemanusiaan" pasangan yang sudah menikah.

Terowongan Simbol Persaudaraan Yang Kuat

Terowongan silaturahmi menarik perhatian Paus Fransiskus dalam perjalanan apostoliknya di Indonesia.  Prasasti ini memuat pesan, agar semua manusia hidup berjalan berdampingan untuk menjadi seniman perdamaian dan keadilan sejati dalam keharmonisan perbedaan dan menghormati indetitas setiap orang.

Dalam pidatonya, Paus menyebut terowongan tersebut sebagai simbol persaudaraan yang kuat. Paus mengajak  agar semua berjalan bersama di jalur persaudaraan yang kuat.

Paus juga menandatangani sebuah prasasti yang berisi pesan bermakna.

Terowongan silahturahmi dibangun dimulai 25 Januari 2021 dan selesai 20 September 2021. Tetapi belum dibuka untuk umum.

Bagian dalamnya dihiasi karya seni yang mencakup 3 aspek. Yaitu Kebudayaan, kebangsaan dan toleransi.

Ketua Komite Penggalangan Dan Silaturahmi, Mari Elka Pangestu karya snei tersebut mendapat dukungan dari donasi para dermawan dan corporate social responsibility dengan nilai total 10,3 miliar rupiah.***

Halaman :
Penulis : Suara Riau
Editor : Imelda Vinolia
Kategori : Jakarta