Jawa

Ajaib! Seorang Bocah 6 Tahun Selamat Dibawah Runtuhan Gempa Cianjur, Pencarian Korban Dihentikan Karena Hujan Monsun

  Oleh : Suara Riau
   : info@suarariau.co
  2022-11-24 03:23:11 WIB
Tim gabungan mengevakuasi seorang bocah yang tertimbun reruntuhan bangunan gempa Cianjur. Bocah bernama Azka (6) diselamatkan dari bawah reruntuhan bangunan.(FOTO/INT)

SuaraRiau.co -CIANJUR— Kuasa Tuhan memang luar biasa. Sungguh Ajaib. Sudah selama 2 hari terkurung di bawah runtuhan gempa Cianjur. Tim pencari di Indonesia pada Rabu (23/11/2022) menyelamatkan seorang anak laki-laki berusia 6 tahun yang terjebak selama dua hari di bawah reruntuhan rumahnya, yang runtuh akibat gempa bumi yang menewaskan sedikitnya 271 orang. Sedangkan saat hujan lebat mengguyur korban selamat di tempat penampungan darurat dan memaksa penangguhan upaya penyelamatan.

Bocah kecil tersebut diangkat tim penyelamat, tampak masih sangat sehat dan bisa jelas melihat kondisi dirinya yang diangkata di keramaian tim penyelamat.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Suharyanto , mengatakan penyelamat menemukan tiga mayat lagi harin ini dan menyelamatkan seorang anak laki-laki berusia 6 tahun, yang ditemukan hidup di samping mayat neneknya di bawah reruntuhan rumahnya.

Korban tewas kemungkinan akan meningkat dengan banyak orang masih hilang, beberapa daerah terpencil yang hancur masih belum terjangkau dan lebih dari 2.000 orang terluka dalam gempa berkekuatan 5,6 Senin  (21/11/2022).

Rumah sakit di dekat pusat gempa di pulau Jawa yang berpenduduk padat sudah kewalahan, dengan pasien yang dipasangi infus berbaring di tandu dan dipan di tenda yang didirikan di luar menunggu perawatan lebih lanjut.

Itu adalah gempa paling mematikan di Indonesia sejak gempa dan tsunami 2018 di Sulawesi yang menewaskan sekitar 4.340 orang.

Banyak dari korban tewas dalam gempa minggu ini adalah siswa sekolah negeri yang telah menyelesaikan kelas mereka untuk hari itu dan sedang mengikuti pelajaran tambahan di sekolah Islam ketika bangunan runtuh, kata Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.

Suharyanto mengatakan, lebih dari 12.000 personel tentara dikerahkan lagi Rabu (23/11/2022) untuk mendukung upaya pencarian oleh polisi, badan SAR dan relawan.
Suharyanto, mengatakan bantuan mencapai ribuan orang yang kehilangan tempat tinggal yang mengungsi ke tempat penampungan sementara, di mana perbekalan dibawa dengan berjalan kaki melewati medan yang berat.

Polisi, tentara, dan petugas penyelamat lainnya menggunakan palu bor, gergaji bundar, peralatan pertanian, dan tangan kosong mereka untuk menggali dengan putus asa di daerah terparah di desa Cijendil, di mana tanah longsor meninggalkan berton-ton lumpur, batu, dan pohon.

Pemerintah tampaknya fokus untuk menemukan mayat, dan sedapat mungkin, orang yang selamat. Pihak berwenang berjuang untuk membawa traktor dan alat berat lainnya melewati jalan yang rusak ke desa-desa yang dilanda tanah longsor.
Namun, warga mengeluhkan pemerintah yang terlalu lamban.

Muhammad Tohir (48), sedang duduk di ruang tamu bersama keluarganya di Cijendil saat bencana melanda. Dia dan keluarganya berhasil melarikan diri, tetapi saudara perempuannya dan kedua anaknya tertimpa tanah longsor beberapa kilometer (mil) dari rumahnya.

“Ketika saya datang ke rumah saudara perempuan saya, saya sangat terpukul dengan apa yang saya lihat,” kata Tohir. “Puluhan rumah tertimbun tanah longsor. … Rasanya seperti hari kiamat.” Dia mengatakan sedikitnya 45 orang terkubur hidup-hidup di bawah berton-ton lumpur.
Tohir dan warga lainnya mencari yang hilang menggunakan alat pertanian dan berhasil mengeluarkan dua jenazah. Dua hari kemudian, petugas penyelamat datang untuk membantu pencarian.

“Pemerintah terlalu lamban dalam merespon bencana ini,” kata Tohir.
Dia berkata dia tidak akan menyerah sampai mereka bisa menarik saudara perempuan dan keponakannya keluar dari lumpur.

Di beberapa daerah yang terkena dampak paling parah, air, makanan, dan obat-obatan didistribusikan dari truk, dan pihak berwenang mengerahkan personel militer yang membawa makanan, obat-obatan, selimut, dan tenda lapangan.

Relawan dan petugas penyelamat mendirikan tempat penampungan sementara bagi mereka yang kehilangan tempat tinggal di beberapa desa di Kabupaten Cianjur.
Sekitar 6.000 polisi, tentara, dan sukarelawan menggali puing-puing dengan tangan kosong, sekop, dan cangkul karena hujan lebat menghalangi upaya mereka.

Koordinator SAR Arif Yulianto mengatakan, upaya pencarian dan pertolongan terpaksa dihentikan Rabu sore karena hujan membuat daerah longsor tidak stabil. Dia mengatakan pencarian akan dilanjutkan Kamis pagi.

Suharyanto mengatakan 2.043 orang terluka, termasuk lebih dari 600 orang yang masih menerima perawatan karena luka serius, dan hampir 62.000 orang yang selamat telah dipindahkan ke tempat penampungan.

Sebagian besar mencari perlindungan di bawah naungan darurat yang diguyur hujan deras. Hanya sedikit yang beruntung terlindung tenda berlapis terpal. Mereka mengatakan mereka kehabisan makanan, selimut, dan bantuan lainnya, karena persediaan darurat dilarikan ke wilayah tersebut.

Sekitar 40 orang masih hilang, kata Suharyanto pada konferensi pers. Operasi penyelamatan difokuskan pada sekitar belasan desa di Cianjur dimana orang diyakini terjebak.
Lebih dari 56.230 rumah di Cianjur rusak dan lebih dari 170 bangunan umum hancur, termasuk 31 sekolah, katanya.

Sekitar 100 dari 271 kematian yang dikonfirmasi adalah anak-anak.

“Kami sedih dengan gempa ini, terutama karena anak-anak terkena dampaknya secara tidak proporsional,” kata Yacobus Runtuwene dari Wahana Visi Indonesia, sebuah kelompok kemanusiaan Kristen yang peduli dengan kesejahteraan anak.

Besarnya gempa hari Senin, 5,6, biasanya diperkirakan tidak akan menyebabkan kerusakan serius. Namun daerah tersebut berpenduduk padat, dan para ahli mengatakan dangkalnya gempa dan kurangnya infrastruktur tahan gempa berkontribusi pada kerusakan tersebut.

Lebih dari 2,5 juta orang tinggal di pedesaan, kabupaten pegunungan Cianjur, termasuk sekitar 175.000 di kota utamanya, yang memiliki nama yang sama.

Presiden Joko Widodo mengunjungi Cianjur pada hari Selasa (22/11/2022)  dan berjanji untuk membangun kembali infrastrukturnya dan memberikan bantuan hingga 50 juta rupiah ($3.180) kepada setiap penduduk yang rumahnya rusak.

Negara berpenduduk lebih dari 270 juta orang ini sering dilanda gempa bumi, letusan gunung berapi, dan tsunami karena lokasinya di busur gunung berapi dan garis patahan di Cekungan Pasifik yang dikenal sebagai "Cincin Api".

Gempa dan tsunami Samudra Hindia yang kuat pada tahun 2004 menewaskan 230.000 orang di belasan negara, sebagian besar di Indonesia.***

Halaman :
Penulis : Suara Riau
Editor : Imelda Vinolia
Kategori : Jawa