Siak

Hore! Kilang Sagu Mini Perdana Diresmikan Wabub Siak, Kini Petani Sei Apit Bisa Jual Sagu Ditempat

  Laporan : Imelda Vinolia
   : info@suarariau.co
  2022-03-22 14:48:25 WIB
Wakil Bupati Siak Husni Merza. Melihat parutan kilang dahu mini.(SRv/Imelda V)รพ

SuaraRiau.co -BUNSUR,SIAK- Wakil Bupati Siak telah meresmian Kilang Sagu Kampung Bunsur pada Selasa (22/3/2022)  Untuk itu petani sagu Sei Apit boleh gembira, karena kilang sagu Mini Perdana  tersebut sudah bisa dioperasikan.

Petani sagu  tidak usah jauh lagi menjual sagunya ke Meranti.Tetapi   bisa dilakukan di lokasi sendiri 

 Kilang sagu pertama ini  akan dikelola oleh Badan Usaha Milik Kampung (BUMKam), Kampung Bunsur. Pembangunan Kilang ini di fasilitasi sepenuhnya oleh Winrock International yang merupakan organisasi nirlaba internasional yang merupakan mitra resmi pemerintah daerah dalam mendukung implementasi tercapainya tujuan kebijakan Siak Hijau. 

Dalam peresmian itu Bupati mengatakan bahwa kilang sagu ini wujud dari visi dan misi .program ekonomi hijau pemerintah, Siak terutama di Sei Apit.

Wilayah Sei Apit yang terdiri dari 70 persen gambut dan Siak sendiri  51 persen gambut membutuhkan ekonomi kreatif yang tidak.merusak lingkungan.
Makanan sagu ini ujar wajib adalah makan orang Riau.Ketika beras sangat sulit dicari, maka sagu adalah makanan sebelum  memakan.nasi agar kenyang." Karena sulitnya beras ketika itu,
Makanan itu disebut kepuwun" ujarnya.

Sementara jelas Bupati ini adalah Village One Product dimana pemerintah juga memprogramkan untuk tumbuhnya 1.000 UKM.

Sedangkan terkait soal lingkungkungan dalam.program.pemerintah Siak melalui Bappeda harus ada kajian aspek lingkungannya.

Dulunya lanjutnya memaparkan bahwa dulunya tanah ini.milik adat dan kerajaan

Tetapi semua wilayah ini jadi milik NKRI dan diserahkan pengusahanya kepada pusat, sehingga kekayaan alam mineral dan sebagainya diambil pusat yang tersisa hanya gambutnya saja.Pemerintah tidak bisa sendiri dalam.membangun.

)

Untuk itu kata Wabub, kini.bagaimana  mengupayakan bagaimana mengelola wilayah tanpa harus merusak.lingkungan.

Dalam hal itu, pemerintah berharap tidak hanya berhenti di sini saja.

Ia berharap Winrock juga bisa bermitra dalam pengleloan wilayah Buton yang memiliki pelabuhan yang sebenarnya lebih besar dari Tulang, Perawang.

 Koordinator Winrock Internasional Indonesia, Indira Nuryanto mengatakan dengan beroperasinya Kilang Sagu ini diharapkan adanya perbaikan fasilitas pasca panen produk sagu lokal Siak serta terbukanya akses pasar yang lebih baik sehingga komoditas sagu yang sesuai untuk lahan gambut dapat lebih berkembang dan membantu meningkatkan penghidupan masyarakat secara berkelanjutan.

Ia mengatakan Siak merupakan salah satu kabupaten yang menunjukkan komitmen dalam pengelolaan sumber daya alam yang lestari, salah satunya melalui program Kabupaten Siak Hijau. 

Sebagai ‘Kabupaten Hijau’ salah satu prinsip utama adalah menerapkan prinsip Keberlanjutan dalam Pemanfaatan Sumber Daya Alam (SDA) dan Peningkatan Ekonomi Masyarakat. 

Tujuan Kabupaten Siak sebagai Kabupaten Hijau adalah: 1. Mengelola sumber daya alam yang sebesar-besarnya untuk kepentingan rakyat (masyarakat) dengan prinsip berkelanjutan; 2. Kepentingan masyarakat dalam pemanfaatan sumber daya alam untuk meningkatkan perekonomian masyarakat dan pendapatan asli daerah; dan 3. Zonasi Wilayah 
Pemanfaatan Sumber Daya Alam melalui kegiatan Konservasi, Hilirisasi, dan Intensifikasi.

Koordinator Winrock Internasional Imdira Nuryanto.(SRc)

Winrock International telah mendukung implementasi kebijakan tersebut melalui berbagai kegiatan  dalam pengurangan emisi gas rumah kaca serta kebakaran lahan gambut melalui pendekatan yurisdiksi di Kabupaten Siak. 

Salah satu implementasi program ini adalah pengelolaan lahan gambut secara berkelanjutan, dimana Winrock International memfasilitasi rangkaian kegiatan dari hulu hingga hilir untuk meningkatkan kualitas pengelolaan lahan gambut sebagai bagian dari usaha restorasi dan konservasi secara berkelanjutan sekaligus untuk meningkatkan kualitas penghidupan dari masyarakat melalui pengembangan komoditas alternatif lokal yang ramah lingkungan. 

Pada sisi hulu, program ini berfokus pada peningkatan kualitas pengelolaan lahan melalui pengembangan kegiatan pertanian paludikultur  dan usaha lain yang berfokus pada pengembangan komoditas lokal (sagu, tanaman hortikultur, tanaman keras endemic lahan gambut, dll) yang sesuai dengan lahan gambut basah dengan dukungan pengelolaan tata air (hidrologi) yang sesuai. 

Kegiatan ini dilakukan melalui kegiatan langsung dilapangan (sekolah lapang) dengan para mitra petani. Secara paralel, Winrock International juga memfasilitasi penguatan BUMKam (Badan Usaha Milik Kampung) sebagai alat untuk meningkatkan potensi ekonomi desa/kampung untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat. Diharapkan melalui fasilitasi dan pendampingan di bawah program ini, BUMKam dapat lebih berperan untuk  mengelola usaha berdasarkan potensi kampung masing-masing terutama berfokus pada pengembangan komoditas lokal yang ramah lingkungan. 

Pada saat ini, tiga BUMKam dampingan Winrock International, yaitu BUMKam Kampung Mengkapan, Bunsur dan Rawa Mekar Jaya telah berhasil memperolah sertifikat resmi dari Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI serta terdaftar resmi pada Kementrian Desa, PDT dan Transmigrasi. Sehingga ketiga BUMKam ini telah memiliki status legal hukum yang diakui oleh pemerintah yang setara dengan unit bisnis seperti PT atau CV. 

Hal ini akan memberikan keleluasaan dan status hukum yang kuat dalam menjalin kerjasam dengan mitra-mitra bisnis ke depannya.

Pada sisi hilir pengembangan bisnis, Winrock International memfasilitasi perbaikan pengelolaan hasil panen dan akses pasar yang ada. Salah satu komoditas lokal yang menjadi fokus dalam program ini adalah sagu, yang secara turun temurun telah dikelola oleh masyarakat di Siak sebagai komoditas utama dan sebagai salah satu bahan makanan pokok serta merupakan tanaman endemik lahan gambut. 

Dalam beberapa dekade terakhir, banyak lahan sagu yang telah beralih menjadi lahan komoditas lain yang bernilai ekonomi lebih tinggi tetapi mempunyai dampak negatif jangka panjang terhadap lingkungan. 

Salah satu alasan utama terjadinya peralihan jenis tanaman ini dikarenakan sulitnya akses pasar serta masih terbatasnya fasilitas pengolahan sagu di Kabupaten Siak. Batang sagu atau tual yang siap telah dipanen sebagian besar harus dibawa ke Kabupaten Meranti dengan biaya transportasi yang cukup tinggi.

Melalui program ini, Winrock International memberikan dukungan finansial dan asistensi teknis pembangunan kilang sagu di Kampung Bunsur sebagai salah satu usaha perbaikan akses pasar serta peningkatan pengolahan bahan mentah sehingga mempunyai nilai tambah yang lebih signifikan.

Kilang sagu ini akan diserahterimakan dan dikelola oleh BUMKam Kampung Bunsur sebagai aset bersama milik kampung dan ini akan merupakan kilang sagu pertama di Kabupaten Siak yang dikelola langsung oleh BUMKam sebagai salah satu unit usaha. Selain fasilitas pengolahan sagu, lokasi kilang sagu ini juga dilengkapi dengan beberapa bisnis unit penunjang seperti usaha perikanan gabus dan nila, peternakan bebek serta peternakan magot BSF (Black Soldier Fly).

Ketiga bisnis unit ini selain sebagai diversifikasi bisnis unit yang ada, juga merupakan upaya untuk memanfaatkan limbah sagu menjadi bahan pakan sehingga bisa mengurangi biaya operasional sekaligus mengurangi potensi pencemaran lingkungan dari limbah yang dihasilkan oleh proses kilang sagu. Pada saat ini usaha perikanan sudah mulai berjalan sedangkan peternakan bebek dan magot sedang dalam proses perencanaan konstruksi lapangan. 

Peresmian Kilang Sagu ini akan ditandai dengan pengguntingan pita serta penebaran bibit ikan oleh Bapak Bupati di lokasi serta serah terima aset Kilang Sagu dari Winrock International kepada Pemerintah Kampung Bunsur yang akan menyerahkan pengelolaannya kepada 

BUMKam sebagai unit bisnis kampung. Selain itu, juga akan ditanda tangani Surat Pernyataan Komitmen atau LoI (Letter of Intent) antara BUMKam Kampung Bunsur dengan dua potensi mitra bisnis, yaitu Djawa Mie dan Alam Siak Lestari. Djawa Mie adalah perusahaan nasional yang bergerak dalam usaha produksi tepung sagu dan sangat berminat untuk menjadi mitra bisnis/off-taker utk produk yang dihasilkan oleh Kilang Sagu Bunsur. 

Untuk itu, selain pasar lokal, produk sagu dari kilang ini akan bisa di pasarkan untuk area yang lebih luas. Sedangkan Alam Siak Lestari adalah perusahaan swasta lokal berbasis komunitas yang bergerak dalam pengembangan produk berbasis komoditas ramah gambut dan menawarkan penelitian pendukung  kepada para mitra. 

Alam Siak Lestari sedang menjajaki potensi sebagai off-taker produk ikan gabus yang akan dioleh menjadi produk albumin. Dengan adanya penandatangan LoI ini perbaikan akses pasar untuk komoditas-komoditas lokal unggulan dan ramah lingkungan diharapkan dapat berperan lebih signifikan dalam memajukan kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan kualitas lingkungan hidup.

Dalam.peresmian itu juga diberikan serah terima aset dari Winrock ke Bumkamp Binsar secara resmi.

Dan dalam acara tersebut Wajib dan jajarannya disajikan makanan tradisional product turunan sagu serta produk pengembangan usaha sagu yang zero waste.***

Halaman :
Penulis : Imelda Vinolia
Editor : Imelda Vinolia
Kategori : Siak