SuaraRiau.co -JAKARTA - Cina akan mengurangi konsumsi 'emas hitam' rata-rata pembangkit listrik menjadi 300 gram per kilo watt hour (kwh) di 2025.
Mengutip Reuters, ini dilakukan guna meningkatkan efisiensi energi dan menurunkan emisi gas rumah kaca. Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional (NDRC) mengatakan pembangkit listrik yang tidak efisien juga akan ditutup secara bertahap.
Hal ini dikatakan Cina di tengah berakhirnya KTT iklim COP26 di Glasgow, Inggris., meski Presiden Cina sendiri tidak hadir di acara tersebut secara langsung.
Cina mengatakan ketika terseok-seok dengan krisis energidan menyebabkan wilayah dilanda pemadaman listrik, membuat Cina menggenjot produksi batu-bara.
Sebelumnya di tahun ini, pemerintahan Xi Jinping tahun ini, membuat komitmen tidak akan lagi membangun proyek PLTU batu bara di luar negeri. Ia juga berjanji mempercepat upaya menjadi nol karbon di 2060.
Mengutip Handbook of Energy and Economic Statistics of Indonesia 2020, ekspor batu bara RI terbesar memang ke Cina. Kemudian disusul India, dan Jepang.
Pada 2020, ekspor batu bara RI ke Cina mencapai 127,78 juta ton atau sekitar 31,5% dari total ekspor batu bara nasional yang mencapai 405,05 juta ton. Sementara ekspor ke India mencapai 97,51 juta ton dan ke Jepang 26,97 juta ton.Total ekspor ketiga negara, 252,26 Ton.
Adapun ekspor batu bara RI ke Cina tertinggi terjadi pada 2019 sebelum pandemi Covid-19 menghantam dunia, yakni mencapai 144,41 juta ton.
Sebelumnya, kabar buruk batu bara juga disampaikan India. Negara itu di COP26 mengatakan akan menjadi nol karbon di 2070.
India akan meningkatkan target 2030 kapasitas terpasang "energi non-fosil". Sebagian besar adalah tenaga surya, dari 450 menjadi 500 gigawatt (GW).
Sebanyak 50% dari kebutuhan energi negara akan datang dari sumber terbarukan. India juga mengumumkan, intensitas karbon ekonomi India -emisi yang dihasilkan per unit PDB- akan berkurang 45% di 2030, dari sebelumnya 35%.***