Info Hulu Migas

PEN, Gerakan Relawan Mengajar Yang Mengubahkan Generasi : Mengajar Dengan Bahasa Yang Ringan dan Sederhana (2 habis)

  Oleh : Erwin Syah Putra
   : info@suarariau.co
  2021-10-10 16:30:56 WIB
Proses kegiatan PEN Pertamina RU II Sungai Pakning mengajar di SDN 003 Bukit Batu. (File/SRc)

SuaraRiau.co -Kegembiraan mendapatkan pelajaran dari gerakkan satu hari mengajar bersama PEN tidak saja dirasakan oleh anak-anak pelajar. Tetapi juga sang relawan pengajar yang sudah memberikan sumbangsih tenaga dan pikirannya, bahkan materinya  juga menjadi suatu kesan mendalam tersendiri bagi seorang pengajar PEN.


Lantas bagaimana komentar para relawan PEN tersebut ketika menjadi guru dadakan di sejumlah SD itu? Yang jelas ini menjadi pengalaman mengubahkan diri mereka juga sebagai seorang yang bekerja dari perusahaan profesional minyak Negara. Sebab, selama ini mereka hanya berada di lingkungan profesi mereka bekerja. Belum pernah pindah bagaimana merasakan menjadi profesi seorang pengajhar di daerah dimana mereka bekerja. 
Mengubah diri menjadi pengajar ternyata juga tidak gampang. Sebab, butuh passion tersendiri berada di lingkungan anak-anak sekolah dasar. Namun demikian para relawan PEN ini pun mempersiapkan dirinya berubah, untuk bisa mengajar anak-anak warga. Apakah cara yang digunakan relaawan tersebut untuk mendukung mereka mengajar?


Menurut komentar  Wahyu bagian CSR  Pertamina RU II Sei Pakning mengaku senang mengikuti kegiatan ini. Setali tiga uang  dengan salah seorang relawan perempuan, ia pun berusaha belajar dan merencanakan teknik-teknik secara sederhana untuk bisa mengekpresikan dan mentranformasikan ilmu yang sudah disiapkan PEN.  Agar anak-anak dapat merasakan dan mengerti apa yang akan mereka sampaikan.  Misalnya yang sudah pernah dilakukan oleh tim pengajar PEN yakni berbagai teknik, sperti memakai kostum Spiderman hingga terbangkan roket dengan energi air.

"Senang sekali bisa berbagi, fokus dengan menggunakan bahasa yang sangat ringan dan sederhana kepada mereka, sehingga teknik-tekni ini menimbulkan dan membangkitkan semangat mereka belajar," ujar wahyu.

Beri Bantuan 

Lebih lanjut Iman menjelaskan, mereka datang tidak hanya hadir membawa para relawan, pada kesempatan PEN 4 2019 ini, pihak Pertamina RU II juga berkesempatan menyampaikan bantuan kepada SD yang menjadi lokasi kegiatan berupa bantuan fisik, buku-buku hingga program pengembangan kapasitas guru. 

Ambil  contoh di SDN 009 dan SDN 021 Tanjung Palas. Sesaat setelah pembukaan kegiatan PEN diserahkan secara simbolis bantuan masing-masing senilai Rp 50 Juta yang terdiri dari pelatihan kurikulum adiwiyata, renovasi green house, bantuan tanaman, bench marking ke SD 3 Bukit Batu dan pembuatan biopori di lingkungan sekolah.

Untuk di SDN 021 Teluk Berembun diberikan bantuan senilai Rp 15 Juta. Bantuan ini untuk revitaliasi bangunan sekolah. Sedangkan di SDN 003 Bukit Batu diberikan bantuan berupa sarana dan prasarana belajar seperti proyektor dan meja serta kursi.  

“Tentu perusahaan sangat mendukung penuh kegiatan ini. Di luar kegiatan PEN, melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan pilar Pendidikan kami juga secara rutin memberikan bantuan kepada lembaga pendidikan di berbagai lokasi di lingkungan operasional Pertamina RU II,” imbuh Iman.

 Strategis

 Menanggapi kegiatan PEN ini, anggota DPRD Bengkalis Dapi Bukit Batu dan Siak Kecil Febriza Luwu menyambut positif. Tak hanya sekedar memuji. Namun dua acungan jempol diberikan oleh mantan aktivis kampus ini.

Lebih jauh Genta menilai tepatnya kegiatan ini mengingat setiap  individu mau pun kelompok memiliki kewajiban moral untuk menularkan nilai-nilai positif bagi generasi penerus bangsa.


Tranformasi nilai-nilai positif itu, lanjut dia, berupa sikap prilaku, budi pekerti, kejujuran, semangat pantang menyerah, kerja keras, cinta produk Indonesia, hemat energ dan  lainnya. "Kita mempunyai kewajiban moral untuk mentranformasikan nilai-nilai positif kepada mereka. Karena ke depan, generasi penerus bangsa itu menjadi penentu bangsa kita," ingatnya.

  Febriza pun berharap kegiatan semacam itu tidak sebatas dilakukan di sekolah-sekolah disekitar areal kilang. Namun lebih jauh lagi, sambung dia, di kawasan pemukiman yang dikenal rawan bagi kenakalan remaja dan turunannya.

   "Sebagai orang tua tentu kita kuatir juga dengan berita-berita seputar kenakalan remaja di media cetak mau pun elektronik. Diantaranya pornografi pornoaksi, merokok, terlibat penyalahgunaan narkotika, ngelem dan sebagainya. Tentu ini PR bersama kita. Berangkat dari kekuatiran keprihatinan kolektif ini kita yakin hal-hal itu bisa diminimalisir," katanya kepada SuaraRiau.co

Disisi lain, lanjut anggota dewan yang akrab disapa Icha ini menambahkan, dua puluh atau tiga puluh tahun kedepan generasi penerus bangsa ini menjadi individu pengambil keputusan, apakah itu di perusahaan, kelompok mau pun keluarga.

Sebelumnya pemerhati ekonomi Kabupaten Bengkalis Zulfan Mahendra, M.Si berpendapat , salah satu pengejewantahan cinta tanah ai,r yakni memiliki rasa atau peduli dengan produk dalam negeri.

  "Mereka adalah future market bagi Pertamina," tegasnya.
Lebih lanjut Zulfan menjelaskan, di era pasar bebas sekarang notabene produk luar bebas masuk ke Indonesia. Dengan jumlah penduduk terbesar kelima di dunia wilayah yang berada di zamrut khatulistiwa ini juga akan  menjadi pangsa pasar strategis dan incaran bagi produk mancanegara.

  "Dengan memperkenalkan cinta negeri termasuk segala aspeknya apakah itu budaya, nilai-nilai luhur mau pun cinta produk dalam negeri  kepada generasi penerus bangsa otomatis diharapkan mereka tumbuh menjadi manusia  modern dan maju, tanpa harus kehilangan jati diri sebagai bangsa Indonesia," terangnya.

 Dengan adanya semangat dan kesadaran cinta negeri yang digelontorkan melalui program PEN, lanjut dia, maka diharapkan ada perubahan mainshet generasi penerus bangsa.

  "Artinya Pertamina adalah kita, dengan membeli atau menggunakan produk BUMN ini, sadar atau tidak merupakan bagian dari cinta negeri. Karena keuntungannya kembali ke negara atau ke kita yang selanjutnya digunakan untuk pembangunan. Apalagi kualitas produk Pertamina kelas dunia. Artinya, Pertamina milik kita semua, dan kita harus menjaganya" katanya.  
     
 Dibagian lain, Zulfan berpendapat program seperti PEN tidak hanya program bagi generasi penerus bangsa. Ia mengharapkan ada program bagi masyarakat menengah ke bawah apakah itu petani, nelayan dan sebagainya.


  "Artinya ada transformasi nilai-nilai positif dari pekerja Pertamina yang kita kenal profesional dan disiplin, kepada elemen masyarakat. Bagaimana memenej hasil panen, budaya kerja keras atau etos kerja, membaca untuk menambah wawasan serta serta lain-lainnya yang pada gilirannya akan menjadi nilai tambah," pung-kasnya. 

 Tranformasi nilai-nilai positif ke generasi penerus bangsa dan elemen masyarakat, menurut dia lagi, membuahkan rasa memiliki terhadap Pertamina yang pada gilirannya timbul kesadaran kolektif.

 "Keuntungan lainnya, masyarakat atau publik akan menjaga aset dan tidak akan mudah terprovoksi isu negatif atau kontra produktif. Karena mereka sadar bahwa Pertamina milik mereka," katanya.


Lantas bagaimana respon atau tanggapan anak murid menyusul kegiatan ini? Salah seorang pelajar SDN 003, Aisya mengaku senang dengan program PEN yang digelar di sekolahnya.

 Saat SuaraRiau.co melayangkan pertanyaan menggoda, materi apa saja yang ia peroleh dari guru yang hari itu berasal dari pekerja muda Pertamina ini? 
“Om Miftah (nama guru yang berasal dari pekerja Pertamina yang menjadi relawan PEN, red) meminta kami untuk hormat pada orang tua dan guru,” celoteh bocah ini saat ditemui SuaraRiau.co di kediamannya.

 Selain menghormati orang tua dan guru, sambung Aisha,  guru relawan program PEN ini juga mengajarkan nilai-nilai cinta Indonesia.
“Kami juga diminta untuk rajin belajar dan terus semangat agar cita-cita kami terwujud. Pokoknya banyak Om —baca: SuaraRiau.co,” terangnya.

“Ya, senanglah diajari Om Miftah,” jawab Aisha ketika ditanya bagaimana perasaannya mengikuti materi pelajaran yang diberikan guru istimewa. “Kegiatan ini sering-sering saja Om,” lanjutnya menambahkan.   

Lain Aisya, lain pula Andhika, dia berpendapat  salah satu kegiatan PEN yang bisa dipetik, yakni perlunnya hemat energi dilakukan oleh seluruh komponen masyarakat, karena keterbatasan cadangan minyak yang sewaktu-waktu habis.

“Dari pelajaran yang diberikan bapak-bapak dari Pertamina di PEN (waktu ikut PEN Andhika duduk di kelas VI SDN 003 Bukit Batu, red) , ternyata proses  untuk mendapatkan setetes BBM rumit dan butuh biaya. Ya,  makanya sudah saatnya kita harus hemat  energi dan mecintai produk dalam negeri,” ungkap bocah remaja yang kini tercatat sebagai siswa  SMPN 1 Bukit Batu di depan kilang Pertamina RU II Sungai Pakning.


Paparan yang mucul dari beberapa argumentasi anak sekolah dasar dan sekolah menengah tampak telah memunculkan semangat kecintaan kepada negeri, bahwa Kenyataannya kegiatan tahunan yang digelar PT Pertamina (Persero) seperti PEN ini, terlah mentransformasikan semangat dan nilai-bilai yang telah mengubahkan anak-anak menjadi lebih merasa tidak hanya harus belajar dengan sungguh, tetapi juga menjadi generasi terpelajar yang memiliki nilai luhur bangsa yang teruji.***

Halaman :
Penulis : Erwin Syah Putra
Editor : Imelda Vinolia
Kategori : Info Hulu Migas