Eco

PLTU Masih Mendominasi Kapasitas Pembangkit Listrik,Pembangkit Listrik Tenaga Surya Bagaimana?

  Oleh : Suarariau.co
   : info@suarariau.co
  2021-08-02 06:03:07 WIB
Ilustrasi (int)

SuaraRiau.co -Energi menjadi persoalan yang pelik dan menjaid fokus dunia kini dan saat mendartang. Sebab, krisis energi  menyebabkan dunia berlomba-lomba untuk mencari energi terbarukan. 


Namun di Indonesia, persolaan energi  terbarukan masih sulit dibicarakan. meski demikian beberapa wiayah sudah menggunakan energi tenaga surya sebagai energi terbarukan,


Kapasitas pembangkit listrik di Indonesia terus bertambah dari waktu ke waktu. 
Menurut databoks (katadata.id),berdasarkan data Juni 2020, kapasitas pembangkit di Indonesia sebesar 70.964 megawatt (MW). Dari jumlah keseluruhan, lebih dari setengah atau 63% berada di Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara. Kawasan tersebut memiliki 44,8 gigawatt (GW). Sumatra menyusul dengan pembangkit listrik berkapasitas 14,7 GW. Indonesia memiliki enam jenis pembangkit listrik, yakni bertenaga uap, gas, diesel, panas bumi, air, dan energi terbarukan. Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) mendominasi kapasitas pembangkit di Indonesia. Jenis tersebut mampu menghasilkan hingga 35,22 GW yang setara dengan 50% dari total kapasitas pembangkit.

http://<iframe style="height:550px; width:100%; border: none;" src="https://databoks.katadata.co.id/datapublishembed/101475/pltu-dominasi-pembangkit-listrik-di-indonesia"></iframe>

Sumber: katadata.id

Sementara ketika Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dijabat  Ignasius Jonan awaltahun 20219 lalu,penggunaan batu bara sebagai bahan baku penghasil tenaga listrik diyakini masih akan berlangsung lama. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) masih menjadi tulang punggung, sumber pasokan listrik Indonesia selama 10 tahun kedepan.

"PLTU masih memegang peran utama minimal sebesar 50% dari bauran energi nasional' katanya

“Kalau menurut saya 10 tahun kedepan PLTU kalau dari bauran energi itu sekitar 55% paling minim 50%. Jadi pasti masih menjadi andalan,” kata Jonan.

Jonan juga mengatakan, penggunaan batu bara bukan hal yang asing di negara-negara maju, termasuk di negara Eropa. Bahkan Amerika Serikat juga porsi penggunaan batu bara masih cukup besar.

Disebutkannya bahwaPolandia juga penggunaan batu bara masih sekitar 60%, Amerika Serikat mungkin sudah sedikit dibawah 40% tapi masih ada kok,” tukasnya.

Untuk tahun depan saja estimasi pengunaan batu bara semakin meningkat dibanding tahun ini. PT PLN (Persero) menyatakan konsumsi batu bara akan tumbuh sekitar 5% mengikuti pertumbuhan konsumsi listrik.

Ia mengatakanPLTU jadi andalan bukan berarti sektor Energi Baru Terbarukan (EBT) terabaikan.

Beberapa pembangkit listrik EBT kata Jonan, baru akan masif beroperasi dalam waktu 2-3 tahun ke depan. Ini tentu bisa membantu meningkatkan bauran EBT untuk mencapai target pada 2025 yaitu sebesar 23%.

Menurut Jonan, kelistrikan sampai sekarang sudah 13% untuk bauran EBT. Pemerintah memprediksi dalam tiga tahun ke depan bauran EBT tumbuh menjadi 17% untuk ketenagalistrikan.

Proyeksi ini akan ditopang dari beberapa pembangkit seperti Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), Panas Bumi, bio massa juga pemasangan solar panel di rumah dan industri.

saa itu ia berharap pembangkit listrik EBT ke depan tumbuhnya naik 16%-17% . Sebab Indonesia memiliki PLTA besar-besar k dan juga panas bumi, bio massa mungkin tumbuh 100 MW setahun, PLTS yang kami harapkan Masyarakat banyak pasang di rumah sendiri,i sehingga bisa meningkatkan EBT
Nah Bagaimana Dengan Peluang Tenaga Surya?
Mengutip wikipidie, Tenaga surya adalah proses pengubahan cahaya matahari menjadi listrik, baik secara langsung menggunakan fotovoltaik, atau secara tak langsung menggunakan tenaga surya terpusat (concentrated solar power, CSP). Sistem CSP menggunakan lensa atau cermin dan sistem lacak untuk memfokuskan paparan cahaya matahari yang luas menjadi seberkas sinar yang kecil. PV mengubah cahaya menjadi aliran listrik menggunakan efek fotolistrik.

Pembangkit CSP komersial pertama kali dikembangkan pada tahun 1980-an. Sejak tahun 1985, pemasangan SEGS CSP berkapasitas 354 MW di gurun Mojave, California adalah pembangkit listrik surya terbesar di dunia. Pembangkit listrik CSP lain meliputi pembangkit listrik tenaga surya Solnova berkapasitas 150 MW dan pembangkit listrik tenaga surya Andasol berkapasitas 100 MW; keduanya berada di Spanyol. Proyek Surya Agua Caliente berkapasitas 250 MW di Amerika Seriteat dan Lahan Surya Charanka berkapasitas 221 MW di India adalah pembangkit fotovoltaik terbesar di dunia. Proyek surya melebihi 1 GW sedang dikerjakan, tapi kebanyakan fotovoltaik dipasang di atap-atap dengan ukuran kapasitas kecil, yakni kurang dari 5 kW, yang terhubung dengan saluran listrik menggunakan meteran net dan/atau tarif feed-in.

Direktur Panas Bumi, Ida Nuryatin Finahari saat menjadi panelis pada AESI Member Gathering and Solar Talk pernah mengatakan, saat ini, pemanfaatan energi surya di Indonesia baru mencapai 0,05% dari potensi yang ada, dan kapasitas terpasang untuk Pembangkit Tenaga Surya baru mencapai 100 MW, harus mencapai peningkatan sekitar 900 MW sesuai target RUEN. Target Pemerintah membangun PLTS sebesar 6,5 GW pada 2025 juga terus dikejar. PLTS merupakan bagian dari solusi energi alternatif, sekaligus demi menciptakan kualitas udara yang lebih baik.

Oleh karena itu, Pemerintah terus berupaya mendorong pemanfaatan energi surya secara optimal dengan melibatkan seluruh stakeholder. Penggunaan energi surya sebagai green energy menggunakan clean technology harus menjadi pilihan dan prioritas  untuk mendukung sustainability.).

 Pemerintah mendorong peran positif Asosiasi dalam mencapai target Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) untuk Pembangkit Listrik Tenaga Surya sebesar 1 Giga Watt (GW). Bahwa asosiasi merupakan mitra strategis Pemerintah. Di satu sisi menjalankan program bersama dengan Pemerintah, dan di sisi lain menyampaikan aspirasi publik kepada Pemerintah, apa yang menjadi tantangan dan hambatan publik untuk pelaksanaanya.

AESI atau Asosiasi Energi Surya Indonesia merupakan salah satu Asosiasi yang aktif mendukung program dan kebijakan Pemerintah dalam bidang pengembangan energi terbarukan, khususnya energi surya. Pada 27 Juli 2019 lalu, AESI menginisiasi penyelenggaraan Gerakan Surya Sejuta Atap untuk mengkampanyekan pemanfaatan energi surya untuk kehidupan sehari-hari. Inisiatif AESI ini patut diapresiasi karena turut mendorong pemanfaatan energi surya di Indonesia.***

Halaman :
Penulis : Suarariau.co
Editor : Imelda Vinolia
Kategori : Eco