Eco

Kedutaan Amerika: Media Harus Ambil Tanggungjawab Terhadap Krisis Air Dunia

  Oleh : Suara Riau
   : info@suarariau.co
  2023-06-06 16:36:51 WIB
Atase Pers Kedutaan Amerika Mike Quinland di Hotel Akhmani Jakarta , Selasa (6/6/2023). (FOTO/SRc/imelda) Atase Pers Kedutaan Amerika Mike Quinland di Hotel Akhmani Jakarta , Selasa (6/6/2023). (FOTO/SRc/imelda)

SuaraRiau.co -JAKARTA-Duta Besar Sung Y. Kim Duta Besar Amerika Serikat untuk Republik Indonesia melalui juru bicaranya oleh Atase Pers Kedutaan Amerika Mike Quinland di Jakarta mengatakan bahwa ancaman atau krisis air ini paling penting dampaknya di seluruh dunia. Media  harus  mengambil tanggung jawab dalam atas kirisi ini. Karena isu perubahan iklim adalah universal dan mempengaruhi  semua orang. Hal ini dikatakannya dalam sambutannya membuka Archipelago Workshop Jurnalisme Ancaman Krisis Air di Hotela Akhmani, Jakarta, Selasa (6/6/2023).

“Saya senang bisa berkolaborasi untuk membahas isu ini. Saya juga senang bisa membahas perubahan iklim yang mempengaruhi semua orang. Isu ini belum mendapat pehatian besar dari Indonesia Dan ini juga jadi tanggungkjwab media Amerika. Itulah sebab alasaan pelatihan ini dibuat dan hari ini waktu yang tepat. Jadi peran media di Indonesia sangat penting. Untuk bisa lebih memahami  dampak perubahan iklim terhadap kehidupan mereka,” ujarnya.

Ketua SISJ Malvinas Prinanda (kiri).(FOTO/SRc/imelda)

Hal ini juga mendorong publik untuk mengambil tindakan dengan berbasis informasi, dan bukan hanya bertanggungjawab mendeskripsikan masalah perubahan iklim, tetapi juga memberikan opsi  untuk membatasi masalah atau jurnalis solusi (solution journalism). Karena tidak ada satu opsi dimana kita harus menyerah dan menghindarinya krisis ini.

Beberapa program juga telah bergulir jelas, seperti program USAID IUWASH Tangguh bekerjasama dengan pemerintah untuk mendukung perubahan perilaku dan peningkatan akses air minum dan sanitasi yang aman, adil dan setara menuju kabupaten/kota yang tangguh.

Ketua Society of Indonesian Science Journalist (SISJ) Malvinas Priananda mengatakan satu hal yang menjadi prioritas SISJ tahun ini adalah meliput krisis air dan dampak perubahan iklim, dengan mengusung tema Archipelago of Drought. Archipelago of Drought adalah sebuah program yang diselenggarakan oleh Society of Indonesian Science Journalists (SISJ) dan CNN Academy Indonesia, yang didanai oleh Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta. Program ini bertujuan untuk membantu meningkatkan kapasitas jurnalis yang meliput krisis air dan dampak perubahan iklim. Salah satu program kami adalah Workshop Jurnalis yang akan dilaksanakan pada 5-8 Juni 2023 di Jakarta dan 12-15 Juni  2023 di Makassar.

SISJ menerima 153 proposal untuk Fellowship Workshop "Archipelago of Drought". Hal ini menunjukkan betapa kompleks persoalan krisis air di Indonesia dari Aceh hingga Papua. Kami kemudian memilih 50 proposal dengan ketentuan 30 untuk wilayah Indonesia Barat di Jakarta dan 20 proposal untuk wilayah Indonesia Timur yang di adakan di Kota Makassar. Hal ini dipilih dengan beberapa pertimbangan di antaranya seberapa penting isu tersebut untuk liput, pemerataan wilayah, pemerataan cakupan media, dan pemerataan gender.”Hari ini 30 jurnalis untuk di Jakarta. Saya ucapkan selamat dan semoga workshop ini bisa meningkatkan kemampuan jurnalis sains dalam menulis krisis air di Indonesia,” ujarnya.

Malvinas juga menjelaskan SISJ juga terpilih sebagai peraih program Google News Initiative (GNI) Innovation Challenge 2022. Lewat program ini, SISJ akan membangun platform data sains terbuka yang diberi nama Indonesian Science Journalist Labs (ISN Labs) .

 “Kami menyebutnya laboratorium bagi jurnalis sains Indonesia (Laboratorium Jurnalis Sains Indonesia/ISN Labs),” ujarnya.

ISN Labs menyediakan layanan data yang bersumber dari para peneliti dan ilmuwan secara terbuka dan gratis. Layanan diberikan dalam Bahasa Indonesia.

Data-data tersebut diolah dalam berbagai tampilan sehingga mudah diakses jurnalis di Indonesia maupun global. Dapat pula diakses kalangan kampus dan organisasi nirlaba.

Ia juga mengatakan lagi data jurnalisme menjadi kata kunci di masa kini. Sebab,  penerapan data jurnalisme dalam pemberitaan isu sains masih terbilang minim. Faktornya antara lain keterbatasan sumber daya manusia dan teknologi.

Data yang valid akan membantu masyarakat meminimalisir penyebaran hoaks dan misinformasi, terutama yang berkaitan dengan pemberitaan ilmiah. Saat ini, tidak sedikit berita yang berkaitan atau tentang ilmu pengetahuan telah menyebabkan penyesatan masyarakat karena misinformasi dan tidak benar.”Tunggu saja launching plaformnya. Karena masih sedang dipersiapkan,” ujarnya.***

Penulis : Suara Riau
Editor : Imelda Vinolia
Kategori : Eco