Ini Program Andalan BPDASHL Inrok KLHK Menurunkan Laju Deforestasi

  Oleh : Suara Riau
   : info@suarariau.co
  2022-11-23 10:25:27 WIB
(Foto: Ist) (Foto: Ist)

SuaraRiau.co - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) terus berupaya menurunkan laju deforestasi, dengan meningkatkan tutupan lahan, terutama pada area rawan dan kritis. Melalui Badan Pengendalian Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (BPDASH) Indragiri Rokan, KLHK memiliki tiga program andalan yang dilaksanakan dengan melibatkan masyarakat di tingkat tapak.

''Ada program Kebun Bibit Desa (KBD) dengan produksi per Desa 40.000 batang bibit, Kebun Bibit Rakyat (KBR) dengan produksi per kelompok mitra 30.000 bibit, serta program Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL),'' ungkap Kepala BPDASHL Inrok, Irpana Nur, Rabu (23/11/2022). 

Tahun 2022, program KBD BPDASHL Inrok dilaksanakan dengan melibatkan empat kelompok tani di Provinsi Riau dari Kabupaten Kampar, Indragiri Hulu dan Kuantan Singingi yang menghasilkan 160.000 bibit MPTS.

KBD merupakan program andalan KLHK untuk menciptakan kemandirian masyarakat/kelompok tani dalam hal penyediaan, pengelolaan dan pemanfaatan bibit, yang nantinya akan ditanam pada lahan kosong, kritis, terlantar, atau lahan non produktif.

BPDASHL Inrok juga melaksanakan kegiatan KBR di Riau dan Sumatera Barat yang menjadi area kerjanya. Keseluruhan kegiatan melibatkan sekitar 596 orang masyarakat dengan 19 kelompok tani. Tiap kelompok membuat dan memelihara bibit tanaman MPTS sebanyak 30.000 batang, sehingga ada sekitar 570.000 batang bibit dibuat, ditanam dan dipelihara langsung oleh masyarakat pada lokasi yang rawan atau kritis.

Program ketiga yakni kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL). Setelah melaksanakan kegiatan RHL pada tahun sebelumnya di wilayan Provinsi Riau, maka pada tahun 2022 BPDASHL Inrok melaksanakan kegiatan untuk wilayah Sumatera Barat, tepatnya di Kabupaten Pasaman, Kecamatan Rao Selatan dan Taruang-taruang.

''Luas RHL tahun 2022 di dua kecamatan ini mencapai 700 ha dan jumlah bibit tanaman 471.205 batang, diantaranya sesuai permintaan masyarakat seperti alpukat, durian, kulit manis, kemiri, manggis, petai dan jengkol. Selain itu BPDASHL Inrok juga memiliki program bibit produktif atau bitpro tanaman MPTS.'' kata Irpana.

Jenis tanaman MPTS dipilih karena bermanfaat dari segi ekologi maupun dari segi ekonomi, serta menghasilkan komoditas kayu dan nonkayu, sehingga petani penggarap bisa memanfaatkan komoditas nir-kayu dari tanaman MPTS yang ditanam tanpa melakukan penebangan pohon.

Sebelumnya Indonesia juga telah menerima pengakuan dari Norwegia dalam bentuk Result Base Payment atau kontribusi tahap pertama berbasis hasil sebesar 56 juta Dollar AS yang akan diarahkan untuk mendukung implementasi berkelanjutan Rencana Operasional FOLU Net Sink 2030 Indonesia. 

Kontribusi tahap pertama berbasis hasil ini adalah untuk pengurangan emisi yang telah diverifikasi secara independen sebesar 11,2 juta ton dari pengurangan deforestasi dan degradasi hutan Indonesia pada tahun 2016/2017. Indonesia terbukti berhasil menurunkan deforestasi ke tingkat paling terendah selama dua dekade, menjadi 114 ribu ha per tahun pada 2019-2020 dan 2020-2021.(*)

Penulis : Suara Riau
Editor : Dara Fitria
Kategori : Info Lingkungan Hidup & Kehutanan