SuaraRiau.co -Bulan April ini tidak saja merupakan waktu ziarah kubur bagi umat Muslim yang akan memasuki Bulan Ramadan.Tetapi juga bagi warga Tionghoa yang dikenal dengan tradisi Ceng Beng yang sangat erat dengan Keluarga Tionghoa.
Pada tanggal 12 Maret 2021, Yayasan Sosial Panca Bakti Abadi (YSPBA), telah menerima surat izin dari Pemerintah Kota Pekanbaru untuk merayakan Ceng Beng atau ziarah kubur (nyekar), dimana sejak tahun 2020, karena pandemi, perayaan ini tidak bisa dilakukan.
Warga yang berziarah membakar uang kertas di depan bangunan Abu kremasi.(Foto: suarariu.co)
Kini bisa dilakukan dengan tetap menjalankan prokes 5 M yakni, Memakai Masker, Mencuci Tangan,Menjaga Jarak,Menjauhi Kerumunan dan Mengurangi Mobilitas.
Menurut Ketua Panitia Gunawan didampingi Robin Eduar dari YSPBA menjelaskan bahwa ziarah kubur ini telah berjalan sejak 25 Maret 2021, dan masih berlangsung hingga 15 April 2021.
Pantauan suarariau.co pada Sabtu (3/4/2021l, tampak pada gerbang pekuburan Tionghoa Umban Sari petugas dari panitia bentukan dari YSPBA mengatur masuknya para penziarah. Sebuah tanki air berwarna biru yang besar disediakan untuk para warga mencuci tangan dalam rangka menjalankan Prokes.
Kelenteng Tho Ti Kong
Memasuki wilayah yang hampir 20 hektar tersebut tidak terkesan seperti kuburan. Tetapi lebih kepada sebuah tempat sembahyang dan menikmati alam dan pohon-pohonan serta bangunan perkuburan yang tertata rapi dan tertib.
Para pekerja yang membantu yayasan yang merupakan pengelolaan lokasi bagi warga yang mendahului kita ini, boleh dianjungkan jempol. Sebab, selain kuburan, terdapat bangunan yang terawat, yakni pertama, sebuah kelenteng tempat berdoa yang bernama Tho Ti Kong. bangunan yang umumnya didominasi warna merah ini adalah tempat penizarah berdoa sebelum melakukan ritual ziarah kubur selanjutnya.
Setelah itu, tepat sejajar secara berdekatan sebuah bangunan yang cukup besar dan tertata serta bersih, terdapat tempat penyimpanan abu kremasi para warga yang telah meninggal.
Salah satu kuburan yang sudah diberi tanda dengan kertas-kertas bendera kecil berwarna-warni, sebagai tanda sudah dikunjungi keluarga.
Bangunan ini terdiri dari halaman yang luas dengan bak pembakaran kertas sembahyang dan halaman yang cukup luas. Kemudian lobi bangunan yang membentuk hampir setengah lingkaran teras bangunan dan dengan pembatas pintu kaca, kita akan menjumpai ruangan penyimpanan abu kremasi yang tersusun sebagai rak kotak-kota bersegi (seperti laci) yang didominasi dengan pintu rak granit hitam dengan papan nama dan foto para warga yang telah meninggal.
Pantauan suarariau.co, tampak penziarah teratur melakukan urutan ritual ziarah kubur dengan tetap memakai masker dan datang dengan waktu yang tidak sama. Dengan rentang waktu 25 Maret hingga 15 April 2021, mengunjungi lokasi pemakaman ini tidaklah penuh sesak. Tampak warga datang silih berganti dengan waktu dan hari yang berbeda. Justru kawasan ini seperti kawasan wisata ziarah yang menyenangkan. Sebab, dikawasan yang asri dan bersih ini kita bisa menikmati suasana tenang dan damai sejenak dari hiruk pikuknya kota, sembari ziarah.
Ruangan krematorium.Tampak ada upacara doa sebelum peti masuk ke tungku pembakaran yang ada di depan berhadapan tepat dengan para yang hadir di ruang itu.
Sebagai tanda bahwa sebuah kuburan telah dikunjungi atau telah dilakukan ziarah oleh anggota keluarganya, di sepanjang kuburan tersebut tertancap bendera kecil warna-warni memenuhi masing-masing pekuburan. Hampir 60 persen tanah kuburan sudah diberikan tanda demikian."Itu tandanya, orang sudah tahu bahwa keluarga telah melakukan ziarah kubur,"ujar Gunawan.
Menurut Gunawan lagi, agar tertib dan lancar dalam menjalankan prokes, juga melibatkan partisipasi dan bantuan warga tempatan dan pemudanya yakni dari RW06 dan RT 03, Keluarahan Umban sari, Selama waktu ziarah kubur para pemuda ada yang menjaga parkir dan mengarahkan warga/ pengunjung untuk memastikan berjalannya prokes.
Selanjutnya, agak 200 meter sejajar bangunan kelenteng dan tempat penitipan abu jenazah terdapat bangunan krematorium .
Ketika suarariau.co berkunjung, kami sempat memantau jalannya upacara kremasi tersebut yakni upacara doa kremasi warga Tionghoa yang akan dimasukkan Tungku pembakaran, selama 30 menit, yang dipandu oleh seorang pandita.
Menurut Gunawan yang saat itu tetap didampingi pengurus YSPBA lainnya yakni Toni Sasanasurya dan Robin Eduar, bahwa di ruangan krematorium ada 3 tungku. Sedangkan krematorium ujarnya bukan hanya di gunakan umat Tionghoa beragama Buddha saja, tetapi juga beragama Kristen dan lainnya, termasuk bagi umat Hindu.
Satu hal yang lebih terkesan lokasi ini seperti tempat wisata, bangunan yang juga bersih dan tertata ini terdapat toilet yang bersih dan aula terbuka tempat berkumpul warga pengunjung.
Saran toilet yang memakai menambah nyaman sebagai lokasi tempat berkumpu untuk acara khusus.
Dalam perayaan Ceng Beng ini, jelas Gunawan, puncaknya terjadi dari tanggal 1-5 April. Perayaan ini berjalan lancar dan sukses berkat izin dan dari Pemerintah Kota Pekanbaru, di dukung Camat dan Lurah serta RT RW setempat. Ditambah dengan kerjasama serta partisipasi warga setempat untuk mengawasi berjalannya prokes ini."Kami mengucapkan terima kasih telah diberi izin Pemko Pekanbaru dan pemerintah setempat serta dibantu oleh warga RW 06 dan RT 03 Umban Sari, sehingga perayaan ini lancar, aman dan tertib."paparnya.*****
Penulis | : Imelda Vinolia |
Editor | : Suara Riau |
Kategori | : ORIENTAL |