Dalam Tiga Hari, Dua Kali 'Ditusuk Astronot'

  Oleh : Dara Fitria
   : info@suarariau.co
  2020-12-07 14:31:22 WIB
Seorang warga saat melakukan layanan tes swab (usap) PCR dengan cara drive trhu di RS Pelni, Slipi, Jakarta. (Foto: Ist) Seorang warga saat melakukan layanan tes swab (usap) PCR dengan cara drive trhu di RS Pelni, Slipi, Jakarta. (Foto: Ist)

Tidak pernah terlintas dipikiran sebelumnya untuk melakukan tes swab PCR pada masa pandemi Covid-19 ini. Pandemi virus ini bagaikan momok yang menakutkan. Yang menjadi tekad saya adalah, bagaimana agar tetap fit sehingga tidak bersentuhan dengan tes Swab PCR. Namun, kenyataannya tiba-tiba saya harus 'berkenalan' dengan tes Swab PCR. Dalam kurun waktu tiga hari, dua kali saya 'ditusuk astronot' !

SuaraRiau.co - Kamis, 26 November 2020 pukul 08.25 Wib, Batik Air yang membawa rombongan keluarga almarhum wartawan senior detik.com Haidir Anwar Tanjung lepas landas meninggalkan Bandara Sultan Syafrif Qasim II Pekanbaru menuju Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng. Pesawat yang sebelumnya dijadwalkan berangkat pukul 06.20 Wib mengalami keterlambatan berangkat dari jadwal yang ditetapkan.

Kedua orang tua almarhum, istri dan dua orang putra almarhum beserta adik kandung dan ponakan almarhum, saya beserta mantan Pemred Pekanbaru Pos yang kini menjadi Tenaga Ahli Menteri LHK Afni Zulkifli sudah berada di Bandara Sultan Syarif Qasim II Pekanbaru pada pukul 06.30 Wib. Terbang dalam masa pandemi Covid-19, tentunya kami ikuti dengan menerapkan protokol kesehatan ketat, mengenakan masker serta menjaga jarak dan rajin mencuci tangan. Terlebih, tujuan rombongan adalah ibukota Jakarta yang dalam statusnya merupakan daerah Zona Merah penyebaran Covid-19.

Perjalanan udara pada masa pandemi dalam melaksanakan tugas jurnalistik sudah beberapa kali saya tempuh. Berbekal pengalaman terbang sebelumnya itu, serangkaian protokol kesehatan sebagai syarat dalam melakukan perjalanan udara untuk rombongan saya selesaikan terlebih dahulu. Mulai dari validasi surat keterangan rapid tes di posko kesehatan Bandara hingga mengisi riwayat perjalanan dan kesehatan rombongan pada aplikasi e-HAC.

Cukup mudah, satu aplikasi e-HAC bisa diisi hingga maksimal 10 data calon penumpang. Arahan dari petugas di Posko Kesehatan, membuat saya dengan mudah mengisi form dalam aplikasi e-HAC bagi anak-anak yang ikut dalam rombongan kami.

“Untuk anak-anak yang belum memiliki KTP, baris nomor identitasnya cukup diisi dengan tanggal, bulan dan tahun lahir kemudian ditambahkan angka nol (0) hingga keseluruhan berjumlah 16 digit,” terang petugas kala itu.

Sebelumnya, tepat satu hari jelang keberangkatan, rombongan mengikuti Rapid Test di Rumah Sakit TNI AD, Jalan Senapelan. Alhamdulillah, hasil rapid test rombongan semuanya negatif.

Tepat pukul 10.20 Wib pesawat mendarat dengan mulus di landasan pacu Bandara Soekarno Hatta. Raut wajah gembira terlihat di wajah kedua putra almarhum, istri, kedua orang tua almarhum serta adik dan ponakan almarhum. Kedua orang tua almarhum serta dua putra almarhum mengaku baru kali pertama mengunjungi ibukota. Meskipun, raut wajah kesedihan tak bisa disembunyikan dari wajah keluarga yang baru saja kehilangan orang yang sangat mereka cintai. Almarhum dipanggil Sang Pencipta tepat 19 November 2020, sepekan jelang acara launching buku ‘Bonita’ dilaksanakan.

Setelah verifikasi barcode e-HAC, rombongan menuju pintu keluar dan sudah ditunggu oleh petugas protokol Kementerian LHK. Setibanya di pintu keluar, protokol Kementerian LHK menginformasikan bahwa rombongan terlebih dahulu harus menjalani Swab PCR di Rumah Sakit Pelni.

Jleb ! Sempat membatin menolak untuk Swab PCR, karena saya bersama rombongan sudah mengantongi surat keterangan negatif rapid test dari RS TNI AD Pekanbaru. Namun, protokol Kementerian LHK menjelaskan bahwa, prosedur acara launching buku ‘Bonita’ bersama Menteri LHK Siti Nurbaya harus dengan mengantongi surat keterangan negatif Swab PCR. Untuk kebaikan bersama, Ibu Menteri ingin memastikan rombongan tamunya dalam keadaan sehat walafiat.

Jujur, mental saya langsung down begitu diinfokan harus Swab PCR. Bukan apa-apa, teringat cerita sumbang orang-orang tentang ada pasien yang di-covid-covid kan. Hanya karena batuk atau pilek saja, begitu berobat di rumah sakit dan dilakukan uji swab, hasilnya positiv Covid-19. Ditambah lagi kondisi saya pada waktu itu memang batuk, namun tidak pilek juga tidak demam. Yang terlintas di pikiran waktu itu, seandainya positif, sudah pasti akan terkurung di ibu kota, paling tidak salama 14 hari. Arghh..!! Batin ku menggerutu.

Toyota Hiace yang membawa rombongan bergerak meninggalkan Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng menuju RS Pelni, Jalan Ks. Tubun, Slipi, Jakarta Barat.

Setibanya di RS Pelni, Toyota Hiace yang membawa rombongan langsung menuju antrian drive thru layanan Swab PCR. Rombongan tetap berada di dalam mobil, sementara petugas kesehatan akan mendatangi kendaraan untuk melakukan Swab PCR. Sambil menunggu antrian di mobil, rombongan melakukan pengisian data sesuai dengan identitas diri (KTP, red)

Selang beberapa menit antri, tibalah giliran rombongan untuk melakukan Swab PCR. Satu per satu dari rombongan dipanggil berdasarkan form isian sesuai KTP. Tiga orang perempuan petugas kesehatan tampak bergantian melakukan tugasnya mengambil sample pada rombongan, secara bergantian.

 Tibalah giliran saya. Petugas perempuan berhijab, dengan hazmat lengkap bak seorang astronot. Petugas perempuan berperawakan kurus semampai itu menghampiri saya.

“Ibu rileks saja yaa,” ujarnya sembari menginstruksikan saya untuk membuka mulut agar dia dapat mengambil sample cairan dari tenggorokan saya.

Selesai.

Kemudian perempuan berkacamata ini melanjutkan tugasnya mengambil sample cairan dari dalam lobang hidung saya. Yap, sebuah alat kecil (semacam cotton bud tapi lebih panjang) dimasukan ke dalam lobang hidung sebelah kiri saya. Geli rasanya. Seketika, pengambilan sample cairan dari tenggorokan dan hidung saya selesai dilakukan. Tidak terasa sakit atau perih saat pengambilan sample tadi. Juga tidak semenggerikan yang saya bayangkan.

Kesemua rombongan selesai melakukan Swab PCR. Tinggal lah kami menunggu hasilnya keluar keesokan harinya. Diinfokan, hasil Swab PCR rombongan akan keluar Jumat 27 November 2020 pagi. Artinya, jika hasilnya negatif, tidak akan dapat menghadiri bedah buku ‘Bonita, Hikayat Sang Raja di Gedung Manggala Wanabhakti’ yang akan digelar, pukul 14.00 Wib bersama Menteri LHK Siti Nurbaya, Wakil Menteri LHK Alue Dohong beserta sejumlah Dirjen di KLHK, Gubernur Riau Syamsuar beserta Kapolda Riau, Danrem serta tamu undangan lainnya.

Usai mengikuti Swab PCR di RS Pelni, pikiran saya masih tidak karuan. Karena tidak pernah terbesit untuk melakukan Swab PCR, karena kondisi saya baik-baik saja, ditambah lagi hasil rapid test di RS TNI AD Pekanbaru menunjukkan hasil negatif.

Afni mengingatkan agar saya tidak parno berlebihan.

“Sudah, ndak usah terlalu parno. Toh kondisi kita baik-baik saja,” gumamnya sambil menyungingkan senyum khasnya.

Ketakutan dan kekhawatiran ini wajar saja. Tidak semua orang menjalani tes swab (usap). Membayangkan alat kecil panjang masuk ke dalam hidung dan tenggorokan tentu menjadi pengalaman mendebarkan.

Agenda rombongan berlanjut menuju Taman Impian Jaya Ancol untuk makan siang. Hingga akhirnya sore hari menuju Hotel Santika di Jalan Ks. Tubun, Slipi untuk istirahat. Melewati hari yang dipenuhi dengan pikiran cemas menunggu hasil Swab PCR keluar.

 Jumat 27 November 2020 tepat pukul 07.14 Wib pagi, saya menerima WhatsApp dari Afni yang mengirimkan hasil Swab PCR semua rombongan. Alhamdulillah, semua rombongan negatif Covid-19. Tak henti-hentinya berucap syukur, karena dengan mengantongi surat negatif Covid-19, saya dapat menghadiri acara launching buku ‘Bonita, Hikayat Sang Raja’ langsung di Gedung Manggala Wanabhakti.

Peluncuran buku almarhum Haidir Anwar Tanjung berjalan penuh haru. Teringat sosok almarhum, senyum khas almarhum jika sedang berkumpul. Teringat peribahasa, Harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan nama. Kepergian almarhum yang begitu mendadak, meninggalkan kenangan yang begitu dalam bagi rekan seprofesi juga, nama baik almarhum dikenang harum. Alfatihah untuk almarhum Abangnda Haidir Anwar Tanjung.

Toyota Hiace yang mengangkut rombongan kembali bergerak meninggalkan Gedung Manggala Wanabhakti menuju Hotel Santika di kawasan Slipi. Di dalam mobil pulang menuju hotel, protokol KLHK kembali menginformasikan bahwa sebelum pulang ke Pekanbaru rombongan kembali mengikuti Swab PCR di RS Pelni.

Alasannya, Ibu Menteri ingin memastikan rombongan dari Pekanbaru, yang menjadi tamu beliau datang dan pulang dalam keadaan sehat dan baik-baik saja. Kendati baru sehari sebelumnya rombongan telah melakukan Swab PCR, namun kami, rombongan diminta untuk kembali Swab PCR sebelum pulang ke Pekanbaru.

Baiklah. Tes covid ini memang merupakan hal yang tidak biasa, namun mau tidak mau harus dibiasakan untuk kebaikan bersama. Tes Covid-19 ini bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi menjaga orang yang yang berinteraksi dengan kita, terutama keluarga.

 Saya bersama rombongan mengikuti arahan protokol. Minggu 29 November 2020 pagi, rombongan kembali mengikuti layanan Swab PCR dengan cara drive thru di RS Pelni. Kali ini, petugas kesehatan yang mengambil sample rombongan ada sepasang. Tibalah giliran saya untuk di Swab.

Sedikit tersentak ketika petugas laki-laki ini mengambil sample cairan di lobang hidung sebelah kanan. Berbeda dari petugas perempuan yang mengambil sample pada Kamis lalu cukup ramah. Terasa perih di hidung usai menjalani Swab PCR kali ini.

Senin 30 November 2020 hasil Swab PCR rombongan keluar dengan keterangan negatif. Alhamdulillah.. begitu lega dengan hasil yang diinfokan. Walaupun sebelumnya sempat membatin karena harus menjalani Swab PCR dua (2) kali dalam tiga (3) hari.

Kepulangan rombongan ke Pekanbaru dibarengi dengan informasi yang menyatakan Gubernur Riau Syamsuar positif Covid-19. Sontak, saya beserta rombongan bersyukur dan berterimakasih atas perhatian Menteri LHK yang 'mewajib' kan kami, untuk melakukan tes Swab PCR baik ketika sampai di Jakarta, maupun sebelum berangkat pulang meninggalkan Jakarta.

Bertubi-tubi pesan singkat, melalui WhatsApp maupun telfon langsung ke seluler saya menanyakan kondisi saya dan rombongan. Mengingat, Jumat 27 November 2020 rombongan bersamaan dengan Gubernur Riau pada acara launching buku 'Bonita'.

Alhamdulillah.. Rombongan sudah menjalani test Swab PCR sebelum terbang ke Pekanbaru dan mendapatkan hasil negatif.

Pengalaman berharga yang saya dapatkan dari perjalanan tugas kali ini bahwa, Covid-19 itu nyata adanya. Tidak benar suara sumbang yang mengatakan bahwa di-covid-covid kan. Saya mengalami batuk kala itu, namun setelah dua kali Swab PCR diketahui negatif Covid-19. Jika virus itu tidak ada di dalam tubuh kita, sudah pastik tidak terdeteksi.

Tes Covid ini merupakan hal yang tidak biasa, tetapi mau tidak mau harus dilakukan, harus dibiasakan demi meredam penyebaran virus. Di tambah lagi, kurva pandemi Covid-19 di Indonesia masih terus meningkat. Risiko terpapar virus juga masih tinggi.

Untuk itu, sangat penting mengikuti imbauan pemerintah untuk menerapkan protokol kesehatan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari (memakai masker, rajin mencuci tangan serta menjaga jarak dengan disiplin.(***)

Penulis : Dara Fitria
Editor : Suara Riau
Kategori : Story